Kiai Ubaid Ingatkan Gusdurian untuk Pegang Teguh dan Perjuangkan Warisan Gus Dur
Ahad, 17 November 2024 | 14:00 WIB
Kiai Ubaidullah Shodaqoh saat menghadiri Haul Ke-15 Gus Dur di Yogyakarta, pada Jumat (15/11/2024) malam. (Foto: dok. Gusdurian)
Suci Amaliyah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah KH Ubaidullah Shadaqoh mengingatkan Gusdurian untuk terus memegang teguh dan memperjuangkan teladan serta warisan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Ia menyadur sebuah peribahasa yakni wafat satu tumbuh seribu. Sebab menurut Kiai Ubaid, bangsa Indonesia tidak mungkin bisa lagi mendapatkan sosok sekaliber Gus Dur secara utuh.
"Ada yang pegang toleransi, advokasi korban, permasalahan gender kalau itu dijalankan bersama-sama maka akan lahir Gus Dur-Gus Dur yang lahir pada saat-saat selanjutnya. Itu yang diharapkan," kata Kiai Ubaid, sapaan akrabnya, mengisi Haul ke-15 Gus Dur di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jumat (15/11/2024).
Kiai Ubaid mengingatkan bahwa Gus Dur jangan hanya dilihat sebagai putra Menteri Agama pertama KH Wahid Hasyim atau cucu dari Pendiri NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari. Menurut Kiai Ubaid, siapa pun anak kiai yang tidak sungguh-sungguh belajar maka hanya akan membuat keadaan semakin sulit.
"Gus Dur punya pemikiran yang cerdas. Jangan sangka, ta'liqat kitabnya melebihi orang yang muthala'ah setiap malam, belum lagi soal bahasa macam-macam," terangnya.
Kiai Ubaid juga membagikan cerita dari Hasyim Wahid (Gus Im) bahwa Gus Dur kerap membawa banyak paper dalam berbagai bahasa saat ke luar negeri. Gus Dur meminta Gus Im mempelajarinya, dan dalam waktu seminggu ia akan ditagih isi paper tersebut.
"Artinya, Gus Dur meski banyak mengalami kesulitan tapi memiliki kesungguhan belajar, bukan berarti Gus Dur karena anaknya Wahid dan cucunya KH Hasyim Asy'ari. Innamal a'malu bil ilmi atta'alum. Jadi ilmu itu didapatkan dengan belajar," jelasnya.
Kiai Ubaid menyaksikan Gus Dur sangat memahami teologi Ahlussunnah wal Jamaah, syariat Islam, berbagai mazhab, tasawuf, hingga pendapat ulama.
Keimanan yang diajarkan Gus Dur adalah keimanan yang membebaskan dari tekanan, kepentingan pribadi, dan kepentingan kelompok.
"Tidak ada yang tahu bahwa Gus Dur benar-benar sungguh-sungguh memahami masalah kehidupan ini. Bukan ujug-ujug menjadi Gus Dur itu," ucapnya.
Kiai Ubaid pun mengaku bahwa pernah belajar tentang teologi pembebasan kepada Gus Dur meski cuma dua kali pertemuan. Diajarkan bahwa keimanan dan keberagaman adalah suatu pembebasan. Jika masih terjerat dengan kepentingan pribadi, apalagi kepentingan dunia, berarti belum merdeka akidahya secara benar.
Baca Juga
Santri yang Menguji Kewalian Gus Dur
"Bahwa kepentingan saya adalah kepentingan spiritualitas, kepentingan kepada Allah dengan segala yang diperintahkan kepada kita. Itu semestinya yang dijalankan," jelas Kiai Ubaid.
Kiai Ubaid menyebut bahwa banyak ulama pada akhirnya memahami bahwa segala yang dilakukan Gus Dur sejalan dengan hukum fiqih dan syariat.
Ia mengisahkan, seorang ulama yang mulanya tidak menyukai pemikiran Gus Dur kemudian masuk tarekat dan mendapatkan guru tarekat, sehingga pemahaman tentang Gus Dur menjadi berubah.
"Almarhum KH Abdul Wahid Zuhdi Pengasuh Pondok Pesantren Fadllul Wahid awalnya meragukan Gus Dur, tetapi setelah mendalami apa yang dilakukan Gus Dur, ia mengakui bahwa semuanya sesuai dengan fikih yang dipelajarinya," ujar Kiai Ubaid.
"Jadi kadang kiai saja tidak memahami siapa Gus Dur, namun alhamdulillah makin lama tahu arah Gus Dur yang kontroversi akhirnya para kiai mengerti," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
3
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
4
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
5
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua