Libur Lebaran, Ribuan Santri Pondok Pesantren Al-Hikmah Brebes Mudik Hari Ini
Jumat, 14 April 2023 | 16:00 WIB
Santri Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes berkemas mudik, Jumat (14/4/2023). (Foto: Wildan Musthofa)
Jakarta, NU Online
Sepekan menjelang Hari Raya Idul Fitri, ribuan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikmah 2 Sirampog, Brebes mulai diliburkan dari kegiatan pesantren. Sebanyak 4.900 santri dan santriwati Ponpes Al-Hikmah 2 mulai mudik lebaran ke kampung halamannya masing-masing.
Ketua Majelis Pengasuh Yayasan Pondok Pesantren (YPPP) Al-Hikmah 2 KH Sholahuddin Masruri mengatakan libur Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 1444 H/ 2023 M berlangsung selama 16 hari. Tepatnya dimulai sejak tanggal 23 Ramadhan/14 April sampai dengan 9 Syawal 1444 H/ 30 April 2023.
Baca Juga
Nilai Spiritual di Balik Mudik
Para santri baik putra maupun putri mengenakan kemeja putih selama periode perpulangan ini. Santri putri mengenakan kemeja putih dilengkapi dengan jilbab almamater pesantren. Sementara putra mengenakan kemeja putih dan songkok hitam.
“Ini (libur Ramadhan dan Idul Fitri) sampai tanggal 1 Mei 2023. Pada tanggal itu, santri wajib sudah ada di pesantren,” ujar Kiai Sholah kepada NU Online, Jumat (14/4/2023).
Kiai Sholah menambahkan total santri yang mudik pada hari ini belum mencakup jumlah santri keseluruhan. Santri lain seperti pengurus dan abdi dalem sebanyak 235 santri masih akan menetap di pesantren hingga lebaran nanti.
“Jumlah santri seluruhnya ada 5.200-an. Semuanya diperkenankan silaturahmi ke orang tua,” terang kiai yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Brebes itu.
“Yang tidak pulang anak pengurus sekitar 150-an putra-putri, kemudian 85 abdi dalem atau santri yang mengabdi di pengasuh juga tidak pulang hari ini. Pulangnya setelah lebaran, istilahnya pulang giliran,” imbuh dia.
Kiai Sholah menjelaskan, tanggal mudik ini telah ditentukan mengikuti tradisi pesantren yang berlaku selama bertahun-tahun. Sepanjang 20 hari Ramadhan, pesantren mengadakan agenda pengajian rutin sejak pagi hingga selepas shalat Tarawih.
Kitab yang dikaji pun beragam, mulai dari kitab fiqih, hadits, dan tafsir. Sistem pengajian terbagi menjadi dua yakni sentral yang diikuti seluruh santri berlokasi di masjid pesantren dan juga di ruang-ruang terpisah berdasarkan jenjang sekolah yang ditempuh. Semua kitab yang diajarkan selama Ramadhan, lanjut dia, dikaji sampai khatam.
“Itu semuanya targetnya khatam, istilahnya pengajian bandongan, yakni maknani sampai khatam. Ada kitab Idhatun Nasyu-in tentang akhlak dan adab, ada Minahus Saniyah tentang tasawuf, ada Taqrib tentang fiqih, ada Ayyuhal Walad, ada Safinatun Najah, Tafsir Jalalain,” papar dia.
“Kemudian ada Arba’in Nawawi, dan ada Riyadus Sholihin hadits, Fathul Mu’in, Ibnu Aqil, kemudian ada Tafsir Yasin,” sambungnya.
Dengan kegiatan pengajian yang padat selama Ramadhan, ia berharap agar para santri tetap menjaga aktivitas positif tersebut ketika berada di rumah.
“Wali santri ketika pamitan, karena bahasanya ini adalah silaturahim dengan orang tua berarti anak-anaknya masih dalam pantauan orang tua, artinya kami titipkan orang tua tentang kegiatan Ramadhan sampai masuk sekolah,” ungkapnya.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad