Sampang, NU Online
Untuk mendorong terciptanya kemandirian petani, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Sampang, Jawa Timur memproduksi benih padi bernama Pecot. Menurut Sekretaris PC LPPNU Sampang, Nidzomuddin, Pecot sudah diproduksi sekitar empat tahun yang lalu, dan sudah dicoba oleh sejumlah petani di Sampang, dan hasilnya bagus.
“Pecot sudah ditanam sebanyak tujuh kali musim padi, dan hasilnya memuaskan,” ucapnya di Sampang, Rabu (7/4).
Ia menegaskan, Pecot dibuat untuk menciptakan kemandirian Petani. Sebab selama ini, petani hanya dijadikan pasar penjualan benih padi oleh pengusaha dengan harga yang cukup mahal. Dikatakannya, harga benih padi selama ini berkisar Rp80 ribu hingga Rp90 ribu untuk satu kantong plastik berukuran 10 kilogram. Harga tersebut masih lebih mahal dibanding harga jual seperempat kuintal gabah kering panen.
“Jangan kita bicara kemandirian jika pupuk, bibit, dan sebagainya kita (petani) hanya menjadi pasar. Pecot hadir untuk kemandirian petani. Harganya murah, tapi di lapangan sudah terbukti bagus hasilnya,” terangnya.
Nidzomuddin mengakui bahwa Pecot belum memiliki sertifikat dari pihak terkait. Karena itu, di kantong plastik Pecot ditulis 'untuk kalangan sendiri'. Maksudnya Pecot diperuntukkan bagi kalangan petani NU, dan sejumlah LPPNU di Jawa Timur juga sudah memesan Pecot untuk dicoba ditanam, misalnya LPPNU Jember, Kediri, dan Jombang.
Terkait sertifikat, Nidzomuddin lalu membandingkan dengan benih Sertani produksi Surono Danu. Katanya, walaupun produk tersebut tidak bersertifikat, namun laris, dicari oleh petani karena hasilnya bagus. Dulu kala, lanjutnya, tidak ada petani yang benihnya beli, tapi membuat benih sendiri dari hasil panen, namun hasilnya tiap panen bagus.
“Kira-kira Pecot seperti itu, tanpa sertifikat tapi pemurnian terus kami lalukan untuk menghasilkan varietas yang unggul,” terangnya.
Alumnus Pondok Pesantren Tambakberas, Jombang itu menyatakan bahwa pemilihan nama Pecot adalah sebagai identitas masyarakat pulau Madura. Pecot adalah bahasa Madura yang artinya cambuk. Dengan pecot, LPPNU Sampang ingin agar petani terlecut semangatnya untuk mandiri dalam bertani.
“Dan LPPNU Sampang memulai itu (kemandirian petani), betapapun kecilnya” pungkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Syamsul Arifin