Jember, NU Online
Media dakwah perlu memelopori penyajian informasi yang sejuk dan damai. Dakwah yang santun sangat diperlukan, selain untuk meraih simpati masyarakat, juga untuk menghapus kesan bahwa Islam sangar seperti yang kerap dipertontonkan kelompok radikal.
Demikian diungkapkan Wakil Dekan III Fakultas Dakwah IAIN Jember, Minan Jauhari saat memberikan sambutan dalam Webinar Nasional yang bertajuk Pengelolaan Media Dakwah di Tengah Pandemi, Rabu (16/12). Ia mewakili Dekan Fakultas Dakwah IAIN Jember, Ahidul Asror dalam webinar yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Manajemen Dakwah Republik Mahasiswa IAIN Jember tersebut.
Menurut Minan, media dakwah harus mengambil peran di era persaingan media digital yang cukup sengit ini. Konten-konten dakwah yang mengedepankan ajakan, bukan ejekan perlu terus diproduksi. Di luar itu, wawasan Islam terkait moderasi juga tak boleh diabaikan.
“Jadi media dakwah dengan konten-konten sejuk, moderat, dan sebagainya sangat kita perlukan guna mengimbangi gerakan pihak tertentu yang cenderung eksklusif dan intoleran,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang narasumber, Asna Istya Marwantika menegaskan bahwa sesungguhnya era Covid-19 menyebabkan arus digital umat Islam semakin cepat. Pembatasan-pembatasan yang diterapkan pemerintah untuk menghadang laju penularan Covid-19, membawa pengaruh bagi peningkatan penggunaan media sosial dan media online.
“Ini kesempatan bagi media dakwah dan media online lainnya untuk berkembang,” ungkapnya.
Menurut Asna, tugas media dakwah tidak hanya sekadar berdakwah, mengajak kepada kebaikan, dan seterusnya. Tapi juga harus bisa menangkis stigma negatif Islam yang kadang dimunculkan oleh pihak-pihak tertentu, termasuk meluruskan berita-berita hoaks seputar islam dan keislaman. Dengan demikian, maka diharapkan wajah Islam ramah, penuh kelembutan.
“Yang begini ini adalah tanggung jawab media dakwah dan kita semua,” terangnya.
Dosen IAIN Ponorogo itu menambahkan, untuk menjadi media dawah yang ideal, seringkali pengelola dihadapkan pada minimnya sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Sehingga media dakwah terkadang jalan di tempat lantaran kurangnya SDM yang mumpuni. Hal ini tentu akan berpengaruh kepada konten, karena untuk memperbaiki konten, otomatis juga berbicara SDM.
“Perbaiki SDM dulu, maka konten pelan-pelan menyusul baik,” jelasnya.
Asna melanjutkan, memperbaiki konten adalah satu keharusan di tengah persaingan media online yang begitu ketat. Konten yang bagus sangat menentukan seberapa banyak media tersebut dikunjungi pembaca. Banyaknya kunjungan pembaca menunjukkan konten atau media tersebut cukup diminati masyarakat.
“Dari situ (kunjungan pembaca) peringkat media digital ditentukan,” pugkasnya.
Pewarta: Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin