Ramadhan 1445 H, Masjid Gus Dur Kembali Helat Tarawih 1 Juz
Selasa, 12 Maret 2024 | 23:00 WIB
Ratusan jamaah tarawih Masjid Gus Dur Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, sedang bersiap berjamaah. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)
Jakarta, NU Online
Usai Sidang Isbat penetapan 1 Ramadhan 1445 H yang jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024, DKM Masjid Al-Munawwaroh yang berdiri megah di samping kediaman Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Jalan Warung Sila nomor 10 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, kembali bersiap menghelat shalat Tarawih 1 juz tiap malam selama bulan puasa.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Al-Munawwaroh, H Syaifullah Amin mengatakan hal tersebut kepada NU Online dan para jamaah usai tarawih pertama, Senin (12/3/2023) malam.
"Tradisi Tarawih 1 juz ini memasuki tahun ke-12, mestinya ke-14. Karena kepotong pandemi selama dua tahun. Koordinator tarawih 1 juz Ustadz Salim malah menyebut tahun ke-15," kata Haji Amin, sapaan akrabnya.
Salah seorang pengurus LTM PBNU ini mengatakan, sejak Pengasuh Pesantren Ciganjur KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) masih hidup, Tarawih 1 juz ini telah dimulai. Tepatnya mulai Ramadhan tahun 2009. "Saat pertama itu saya belum terlibat langsung," ungkapnya.
Tradisi Tarawih 1 juz ini, lanjut dia, berawal dari cerita Gus Dur kepada pemangku Pesantren Ciganjur (saat itu) KH M Musthofa A Ghafur. Gus Dur bercerita bahwa ketika Mbah Hasyim mengimami shalat Tarawih di Masjid Pesantren Tebuireng selalu membawa mushaf Al-Qur’an kecil.
"Jadi, Bapak (sapaan Kiai Musthofa kepada Gus Dur-red) ingin di sini (Pesantren Ciganjur) meniru kebiasaan Mbah Hasyim yang tarawih pakai 1 juz. Padahal Mbah Hasyim nggak hafal Qur’an. Ini pertanda kecintaan beliau kepada Qur'an," ungkapnya menuturkan kembali cerita dari Kiai Musthofa.
Jamaah dari luar kota
Menurut pria asal Kudus, Jawa Tengah ini, tarawih 1 juz tidak hanya diikuti para jamaah sekitar Masjid Gus Dur. Namun, juga berasal dari luar Ciganjur. Bahkan, ada yang dari luar kota.
"Mereka sengaja mengajak keluarganya mengikuti jamaah Isya sekaligus tarawih 1 juz. Ini sungguh mengharukan. Sebab, ternyata banyak yang ingin khusyuk shalatnya," tutur Haji Amin.
"Kalau di luar sana kan cepat sekali tarawihnya. Nah, di sini orang bisa santai menikmati Ramadhan sembari menyimak Qur'an. Secara nggak langsung, ini jadi dakwah tersendiri," sambung alumnus PTIQ Jakarta ini.
Baca Juga
Syarat Wajib dan Rukun Puasa Ramadhan
Pada malam pertama shalat Tarawih yang digelar Senin (11/3/2024) malam, Pengasuh Pesantren tahfidz Al-Iskandariyah, Ustadz Aminurrahman yang didaulat menjadi imam pertama, mengajak para jamaah untuk menata niat. Yakni, niat berpuasa dengan baik dan benar.
"Sebab, kita diberi kenikmatan berupa nikmat sehat wal afiat dari Allah swt, sudah seharusnya digunakan sebaik-baiknya. Anggap saja ini merupakan Ramadhan terakhir bagi kita. Dengan demikian kita akan bersemangat menjalaninya," ujar Ustadz Aminu, sapaan akrabnya.
Pantauan NU Online pada malam pertama shalawat Tarawih Ramadhan 1444 H, Senin (11/3/2023) malam, para jamaah telah datang sejak sebelum Maghrib memenuhi Masjid Gus Dur hingga meluber ke teras yang berbatasan langsung dengan kediaman Gus Dur.
Puluhan kendaraan roda dua dan beberapa kendaraan roda empat tampak berjajar rapi di halaman masjid dan di parkiran gedung Yayasan KH A Wahid Hasyim.