Safari Ranting NU Pragaan Sumenep Sarana Melecut Semangat Berjamiyah
Rabu, 1 Juli 2020 | 09:00 WIB
Ketua MWCNU Pragaan Sumenep (kanan) saat hadir di Safari Ranting yang digelar secara bergilir. (Foto: NU Online/Firdausi)
Sumenep, NU Online
Banyak cara yang dilakukan pengurus NU untuk menghidupkan kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa agar jamiyah mudah dikenal masyarakat.
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep memiliki cara tersebudiri dalam menghidupkan kegiatan kemasyarakatan di tingkat desa. Yang dilakukan adalah dengan mengadakan safari ranting. Kali ini yang disapa adalah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Sentol Laok, Selasa (30/6).
KH Ahmad Junaidi Mu’arif selaku Ketua MWCNU Pragaan menjelaskan kepada anggota kompolan atau komunitas tahlilan Sentol Laok tentang amanat yang diputuskan dalam konferensi.
"Ada beberapa amanat yang didampingi oleh peserta konferensi tahun lalu, di antara adalah penguatan PRNU. Sebesar apapun MWCNU-nya, tapi kegiatan rantingnya macet, bagi kurang berarti," katanya saat memberi pengarahan.
Dirinya bersyukur bahwa PRNU Sentol Laok tetap menjalankan program yang pernah didirikan oleh pendahulunya yakni kompolan atau komunitas tahlilan.
"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa yang merintis kegiatan di Sentol Laok didasari dengan keikhlasan. Sebab jika tidak demikian, maka kegiatan bulanan tidak mungkin bertahan lama," tegas tenaga pendidik di Al-Ihsan Jaddung tersebut.
Mengingatkan Khidmah Kiai As'ad
Kiai Jamali Salim yang membina PRNU Karduluk dan Aeng Panas ini menceritakan pengalamannya saat berjamiyah.
"Saya ikut NU tidak memiliki kelebihan, kecerdasan, dan kealiman yang luar biasa. Patokan saya cuma satu, yakin siapa tahu dengan membiasakan berkumpul atau meleburkan diri dengan ulama, bisa mendapat cipratan berkah," kata Wakil Ketua MWCNU Pragaan ini.
Tenaga pendidik Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk tersebut merefleksikan kisah pengembaraan almaghfurlah KH R As'ad Syamsul Arifin ketika diberi amanah oleh Syaikhana Cholil Bangkalan untuk mengantarkan tongkat dan tasbih kepada Hadratus Syekh KHM Hasyim Asy'ari di Tebuireng Jombang.
"Saat membawa tongkat dan tasbih, ada yang mengatakan Kiai As'ad Wali, orang gila, dan lain-lainnya. Padahal beliau tidak menampakkan kecerdasannya, kealimannya, tetapi komitmen beliau adalah takdhiman kepada guru," ungkapnya.
Pembina Lembaga Bahtsul Masail (LBM) dan Lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) ini menegaskan bahwa kisah tersebut mengajarkan untuk selalu ikhlas ketika dicaci dan dipuji orang, sebagaimana dalam falsafahnya 'Dicaci tidak akan tumbang, dipuji tidak akan terbang'.
"Jika di masa KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur menjabat sebagai Presiden RI, banyak dari kalangan pemerintah mengaku NU karena saat itu menjanjikan materi,” katanya.
Saat ini NU dicaci dari setiap penjuru arah. Bahkan sebagian ada yang kerdil atau tidak mau mengakui sebagai NU. Fenomena saat ini sudah digambarkan ketika proses berdirinya NU atau ketika Kiai As'ad mengantarkan tongkat dan tasbih atas perintah gurunya.
KH Asy'ari Khatib juga menjelaskan dua kegiatan NU yang lumrah digelar Ranting NU, yakni yang bersifat diniyah atau keagamaan dan ijtimaiyah atau kemasyarakatan.
"Kebanyakan yang terlaksana adalah kegiatan yang bersifat keagamaan seperti kompolan Ranting NU Sentol Laok yang di dalamnya terdapat yasinan, tahlilan, shalawatan, bahkan pelaksanaan shalat kusuf yang dilaksanakan oleh Ranting NU Larangan Perreng saat gerhana matahari," ungkap pembina PRNU Larangan Perreng, Rombasan, dan Kaduara Timur ini.
Mengajak Kader Bergabung
Tenaga pendidik Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk tersebut memperkenalkan tiga lembaga yang dibina, yakni Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam), Lembaga Ta'lif wan-Nasyr (LTN), dan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi).
"Kami berharap kepada generasi muda dan sarjana di Desa Sentol Laok untuk bergabung dan hadir di forum Lakpesdam MWCNU yang sering diadakan selama sebulan sekali," harap Kiai Asy'ari, sapaannya.
Dirinya menjelaskan bahwa forum Lakpesdam NU membahas tentang qanun asasi atau prinsip dasar yang diletakkan oleh KHM Hasyim Asy’ari yang mengajak untuk saling bersatu, bersaudara, menyantuni, dan kasih.
"Terkadang pula Lakpesdam juga membahas masalah yang paling banyak diperbincangkan oleh publik, terutama di tingkat nasional," imbuhnya.
Tak lupa juga mengenalkan LTN kepada anggota kompolan bahwa peran lembaga tersebut mengembangkan penulisan, penerjemahan, dan penerbitan secara cetak maupun online.
"Malam ini kita dirawuhi oleh pers atau konstributor NU Online yang setiap waktu selalu istikamah meliput beragam kegiatan NU,” terangnya. Mulai dari tingkat PCNU, MWCNU, PRNU dan Anak Ranting NU. Berita tersebut dikirim ke dapur redaksi NU Online dan NU Online Jatim, lanjutnya.
Dirinya menegaskan bahwa LTNNU tak kalah pengabdiannya dengan lembaga lainnya, sebagaimana dalam maqalah 'suatu saat nanti tinta seorang penulis akan ditimbang sebagaimana darahnya para syuhada.
"Apa yang ditulis oleh LTN dan ditayangkan secara cetak maupun online merupakan bagian dari syiar yang disampaikan kepada umat Islam serta menunjukkan kepada khalayak bahwa di Kecamatan Pragaan ada santrinya Mbah Kholil dan Mbah Hasyim," imbuhnya.
Selanjutnya Kiai Asy'ari juga mengenalkan Lesbumi NU yang mengembangkan kesenian dan kebudayaan masyarakat lokal. "Kami mengajak kepada generasi muda untuk nimbrung di kegiatan Lesbumi yang mempertahankan kesenian hadrah, gambus, bahkan mamacan yang sering kali dipentaskan di acara bulanan dan hari-hari besar NU dan Islam," ajaknya.
Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah tersebut menjelaskan bahwa mamacah atau macopat isinya penuh dengan renungan keislaman dan kaya dengan filosofi. Ajarannya sudah ada di kitab-kitab yang diajarkan di pesantren. "Bagi yang tidak ahli atau mendalami makna tembang mamacah, maka tidak akan memahaminya secara total," jelasnya.
Di akhir sambutan, dirinya memberikan motivasi kepada PRNU Sentol Laok yang dipimpin oleh KH Rawatib Hasbullah.
"Kegiatan yang bersifat diniyah mestinya dikembangkan menjaga kegiatan ijtimaiyah atau sesekali ditambahkan dengan program kemasyarakatan demi mengurangi beban Nahdliyin, seperti santunan anak yatim dan dluafa, baksos, hingga bedah rumah," ujar pembina PRNU Larangan Perreng, Rombasan, dan Kaduara Timur tersebut.
Kiai Ach Subairi Karim juga mengenalkan lembaga binaannya, yakni Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadakah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU). Dirinya mengajak kepada PRNU untuk menggerakkan kembali Koin NU.
"Sekadar pemberitahuan kepada pengurus Ranting bahwa hasil Koin NU 60 persen untuk Ranting dan 30 persen untuk MWCNU-PCNU. Tujuannya adalah untuk menghidupkan kegiatan kemasyarakatan di Ranting, seperti santunan yatim dan dluafa," urai pembina PRNU Jaddung, Pekamban Laok, dan Pekamban Daya tersebut.
Saat ini Pengurus NU-Care LAZISNU MWCNU Pragaan fokus pada bedah rumah Sahami yang ada di Jaddung. "Tahap awal yang dilakukan oleh pengurus LAZISNU adalah mengumpulkan bahan bangunan, seperti kayu, semen, batu dan semacamnya. Bahan tersebut tidak lain diambil dari uang Koin NU dan sumbangan dari relawan," urai alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk tersebut.
Dirinya mengutarakan bahwa bedah rumah tersebut salah satu bagian dari gerakan stimulan. Maksudnya mendorong kepada masyarakat untuk memikirkan kondisi rumah para dluafa dan yatim. Dengan demikian gerakan ini dikatakan 'untuk NU, demi NU, oleh NU'
"Jika bedah rumah tersebut selesai dan layak huni, maka akan bergeser ke PRNU lainnya. Oleh karenanya, kami mengharap kekompakannya demi merealisasikan amanat konferensi," harapnya.
Selain itu Wakil Ketua MWCNU Pragaan tersebut mengajak kepada anggota kompolan untuk berobat di klinik NU. "Kami akan meluruskan pandangan masyarakat bahwa setiap rumah sakit maupun klinik penanganan pasien pertama kali dilakukan oleh tenaga perawat. Resep obat dan tindakan lainnya atas pertimbangan dokter. Jika ada warga NU yang ingin berobat ke klinik NU, ambulance siap menjemputnya secara gratis," terangnya.
KH Asnawi Sulaiman mengenalkan lembaga binaannya yakni Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPPNU) dan Lembaga Pengembangan Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPPNU).
"Saya memberikan peluang kepada warga NU untuk bekerja sama dengan swalayan NU yang menjual beragam bahan pokok pangan. Lalu dikelola PRNU yang nantinya bisa dinikmati pengurus demi memeratakan santunan yatim atau lainnya," ajak pembina PRNU Pragaan Laok dan Prenduan ini.
Wakil Ketua MWCNU Pragaan tersebut mengajak kepada Nahdliyin yang notabene petani untuk mengelola pertanian secara modern.
"Saya berharap di setiap PRNU untuk membuat tim demi menyalurkan bantuan pupuk kepada Nahdliyin. Bulan lalu LPPNU sudah melakukan panen jagung yang ditasarrufkan kepada yatim dan dluafa. Kali ini menanam sayur langker yang sudah dipasarkan di pasar tradisional," ungkapnya.
Di akhir acara Kiai Imam Sutaji selaku Wakil Ketua MWCNU Pragaan yang membina PRNU Sentol Laok mengajak untuk menjaga dan menjalin komunikasi dengan pengurus MWCNU demi mencapai tujuan jamiyah.
"Berjamiyah harus bersabar, karena kebangkitan dimulai dari sesuatu yang kecil," pungkas pembina Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama ini.
KH Rawatib Hasbullah selaku Rais PRNU Sentol Laok berharap kegiatan Safari Ranting dipertahankan demi mengontrol dan memberikan motivasi saat kendor. "Kami senang menjadi pelayan ulama, terutama saat berkumpul bersama dengan kiai-kiai kampung lainnya demi memperkuat keimananku untuk membesarkan nama NU," pungkasnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Nawawi