Banjarnegara, NU Online
Santri milenial harus mampu menangkal Islam Radikal, jangan sampai santri yang telah berpuluh tahun mondok di pesantren kalah dengan mereka yang belajar Islam dari internet atau buku cetak yang sanad keilmuannya tidak jelas.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo, Jawa Tengah, H Muchotob Hamzah pada saat Seminar Pelajar dan Santri dalam rangka Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2018 Tingkat Kabupaten Banjarnegara, Kamis (18/10) di Aula Sasana Bhakti Praja Setda Kabupaten Banjarnegara. Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 110 peserta, mereka adalah santri dan pelajar yang mewakili pondok pesantren dan sekolah se-Kabupaten Banjarnegara.
"Santri harus santun, tidak melakukan kekerasan, Indonesia adalah Negara yang mainstream dengan Islam yang toleran," katanya.
Menurutnya, paham radikalisme berkembang di Indonesia karena mereka ingin berbeda dengan Islam yang sudah ada, padahal Islam toleran sudah terlebih dulu mainstream di Indonesia. Paham radikalisme dalam mempengaruhi orang paling dominan menggunakan media internet, baik itu lewat website maupun jejaring media sosial, sehingga sanad keilmuannya tidak jelas.
Berbeda dengan Islam Nusantara yang mengajarkan ilmu Keislaman melalui pondok pesantren, majlis ta'lim, TPQ, TPA, dan lain sebagainya, sehingga nasab keilmuannya melalui hubungan guru dan murid, atau kiai dan santri. Sanad Keilmuannya juga jelas, karena terhubung atau mutawatir kepada Rasulullah Muhammad SAW, media yang digunakan juga merupakan kitab-kitab karangan alim ulama yang merujuk pada Al-Qur'an dan hadits.
"Untuk itu santri milenial harus tau adanya media sosial, memang segala sesuatu ada positif dan negatifnya, namun hendaknya kita pandai membuat konten-konten yang positif dan mengikuti tren yang ada," katanya.
Menurutnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini tidak dapat dibendung oleh siapapun juga, termasuk oleh santri. Untuk itu santri harus pandai-pandai menyikapi, karena kalau kita menolak pun malah akan menghambat pekerjaan, justru dengan adanya teknologi informasi akan mempercepat pekerjaan, seperti mengirim pesan, informasi, kabar ataupun surat.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Bagian Kesra Setda Kabupaten Banjarnegara Teguh Handoko mengajak kepada seluruh pelajar dan santri untuk bijak dalam menggunakan smartphone, karena saat ini hampir semua orang memilikinya, bahkan sampai ada ungkapan jarimu adalah harimaumu, kalau dulu mulutmu adalah harimaumu.
"Kita memiliki smartphone, mari kita manfaatkan sebaik mungkin, dengan kemampuan ilmu yang kita miliki, bukan untuk memecah belah, jadikan kita semua bersatu, mempererat kerukunan, jadikan smartphone sebagai sarana prasarana komunikasi yang baik," katanya.
Dia menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menggunakan perkembangan teknologi dan informasi untuk kegiatan kedinasan, seperti adanya tata naskah dinas elektronik, presensi elektronik, layanan informasi melalui media sosial dan website, serta masih banyak lagi pemanfaatan lainnya.
Terkait peringatan Hari Santri Nasional (HSN), menurutnya santri millennial harus memiliki karakter, kalau santri sudah berkarakter mereka tidak akan tergoda dengan apapun, karena santri yang sudah berkarakter, mereka sudah memiliki keteguhan iman.
"Karakter yang sudah terbentuk di pesantren mari kita manfaatkan sebaik mungkin, Di era millennial ini tantangan luar biasa, pengaruh dari sana sini luar biasa, untuk itu berhati-hatilah," pungkasnya. (Sudin/Abdullah Alawi)