Jember, NU Online
Kendati Hari Santri Nasional (HSN) sudah terlewati hampir, tapi masyarakat untuk memperingati momentum tersebut masih sangat besar. Hal ini misalnya bisa dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh Pengurus Cabang Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kabupaten Jember. Dalam rangka menyemarakkan HSN, organisasi yang menjadi wadah pesantren-pesantren NU tersebut menggelar Sarasehan Ilmiah Kaum Santri di aula Universitas Islam Jember (UIJ), Ahad (20/11). Sarasehan yang mengambil tema “Manifesto Santri Untuk Kedigdayaan NKRI” tersebut dipandu Ketua LTN NU Surabaya Rijal Mumazziq.
Dalam sambutannya, ketua panitia, Khoirus Sholihin mengatakan bahwa kaum santri telah menjadi salah satu komponen penting bagi bangsa Indonesia sejak pra-kemerdekaan hingga kini, sehingga keberadaan santri harus mampu menjawab dan mengatasi segala bentuk permasalahan di berbagai bidang, dengan pendekatan khas NU yang rahmatan lil-alamin dan mengedepankan kebersamaan.
“Peran santri sangat ditunggu bangsa ini. Yaitu peran yang tidak hanya sebatas gerakan dan seruan moral, tapi juga peran di bidang pemberdayaan ekonomi umat dan sebagainya. Terhadap persoalan yang ada, bagaimana santri bisa memberikan solusi dengan mengedepankan kepentingan bangsa, bukan ego pribadi atau ego sektoral,” ujarnya.
Dalam acara sarasehan tersebut, secara spontanitas juga dibentuk Indonesian Santri Club (ISC). Menurut Ketua PC RMI Jember KH Ahmad Junaidi Ghazali, klub santri tersebut akan terus dihidupkan untuk menyikapi kondisi-kondisi bangsa terkini sebagai sumbangsih dalam mengatasi persoalan yang terjadi.
“Indonesian Santri Club (ISC) ini akan menjadi agenda rutin sekaligus sebagai maskot PC RMINU Jember, guna merespon isu-isu aktual baik di lingkup lokal, nasional, hingga global, dengan mengundang tokoh dan pakar di bidangnya masing-masing,” jelasnya.
Sementara itu, Rijal berharap agar sarasehan tersebut dapat menggugah kemandirian santri di bidang pemikiran, ekonomi dan politik kebangsaan, sebagaimana tergambar dalam tiga pilar organisasi embrio NU, yakni Tashwirul Afkar, Nahdlatut Tujjar dan Nahdlatul Wathan.
“Karena dengan kemandirian tersebut, saya yakin bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat, berdaulat, berkeadilan, makmur, digdaya dan bebas dari segala bentuk penjajahan,” cetusnya.
Sarasehan tersebut dihadiri oleh perwakilan pondok pesantren, Assosiaisi Para Lora dan Gus (Asparagus) dan beberapa organisasi kemahasiswaan. (aryudi a. razaq/abdullah alawi)