Daerah

Sebulan Pascabanjir Bandang, Warga Aceh Tamiang Masih Butuh Air Bersih dan Layanan Kesehatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 18:30 WIB

Sebulan Pascabanjir Bandang, Warga Aceh Tamiang Masih Butuh Air Bersih dan Layanan Kesehatan

Warga Aceh Tamiang sedang berjibaku membersihkan rumahnya dari lumpur. (Foto: dok istimewa/Lukmanul Hakim)

Aceh Tamiang, NU Online

Hampir satu bulan setelah banjir bandang melanda Kabupaten Aceh Tamiang, kondisi wilayah terdampak mulai berangsur membaik. Namun, warga masih membutuhkan bantuan mendesak, terutama air bersih dan layanan kesehatan, untuk menopang kehidupan sehari-hari pascabencana.


Salah seorang warga Desa Kebun Rantau, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Lukmanul Hakim, mengatakan aktivitas warga perlahan kembali berjalan, meski belum sepenuhnya pulih.


“Alhamdulillah, saya, keluarga, dan tetangga sekitar sudah bisa beraktivitas kembali. Kebetulan wilayah kami berada di dataran tinggi, sehingga lebih mudah untuk beraktivitas dan mendapatkan bantuan,” ujar Lukmanul kepada NU Online, Kamis (25/12/2025).


Meski demikian, Lukmanul mengungkapkan bahwa sejak banjir terjadi pada 27 November lalu, warga sempat mengalami kesulitan logistik akibat terputusnya akses darat.


“Jujur, sejak Kamis 27 November itu kami kesulitan mendapatkan bantuan karena jalur darat tidak bisa ditempuh. Sampai sekarang, kebutuhan utama kami masih air bersih dan layanan kesehatan,” katanya.


Dampak banjir yang berlangsung cukup lama juga mulai memengaruhi kondisi kesehatan warga, terutama anak-anak. Lingkungan yang belum sepenuhnya bersih memicu gangguan kesehatan.


“Anak-anak mulai batuk, pilek, dan flu karena debu dan kondisi lingkungan yang belum kondusif. Karena itu kami sangat membutuhkan layanan kesehatan dan obat-obatan,” ungkapnya.


Lukmanul menambahkan, meski situasi relatif aman, masih terdapat sejumlah wilayah yang terisolasi dan belum sepenuhnya tersentuh bantuan.


“Masih ada daerah yang terisolasi, tetapi relawan tetap berupaya menyalurkan bantuan menggunakan perahu karet,” jelasnya.


Selain kebutuhan dasar dan kesehatan, persoalan ekonomi juga menjadi tantangan besar bagi warga terdampak. Banyak warga yang sebelumnya bekerja sebagai buruh lepas kini kehilangan mata pencaharian.


“Kesulitan terbesar saat ini adalah ekonomi. Banyak warga yang sebelum banjir masih bekerja, sekarang tidak bisa berusaha. Apalagi bagi yang rumahnya hanyut, mereka terpaksa mengungsi di tenda,” terangnya.


Ia berharap pemerintah dan pihak terkait dapat menurunkan alat berat untuk membantu membersihkan rumah warga dan fasilitas umum.


“Kami berharap ada bantuan alat berat untuk membersihkan masjid dan sekolah. Ruang sekolah luas, guru dan murid sudah kewalahan membersihkan, sementara rumah mereka sendiri juga masih berantakan,” pungkas Lukmanul.


Sementara itu, berdasarkan data Pemerintah Provinsi Aceh per 24 Desember 2025 pukul 20.44 WIB, bencana ekologis ini berdampak luas di sejumlah daerah. Di Kabupaten Aceh Tamiang, banjir bandang menerjang 12 kecamatan dengan jumlah warga terdampak mencapai 296.375 jiwa, 18 orang luka berat, dan 88 orang meninggal dunia.


Selain Aceh Tamiang, bencana juga melanda Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Kota Langsa, Aceh Tengah, Subulussalam, Aceh Tenggara, Nagan Raya, Bener Meriah, Bireuen, Pidie Jaya, dan Gayo Lues, dengan total ratusan ribu warga terdampak serta ratusan korban meninggal dunia di berbagai kabupaten dan kota.

 

============

Para dermawan bisa donasi lewat NU Online Super App dengan mengklik banner "Darurat Bencana" yang ada di halaman Beranda atau via web filantropi di tautan berikut: filantropi.nu.or.id.