Cirebon, NU Online
Sejak Jumat hingga Sabtu (30-31/8) Gerakan Pemuda Ansor Kota Cirebon Jawa barat menggelar Diklatsar IV. Kegiatan untuk menampung dan memfasilitasi pemuda serta pemudi sekitaran Cirebon untuk berkhidmat kepada Nahdlatul Ulama.
Diklatsar itu sendiri dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Fatih Kayuwalang, Majesem, Kota Cirebon.
Ahmad Banna, Ketua Pengurus cabang (PC) GP Ansor Kota Cirebon mengatakan Diklatsar kali ini terkesan berbeda. Hal tersebut dibuktikan dengan keikutsertaan sejumlah anak muda.
“Banyak anak muda yang di bawah usia 18 tahun ingin mendaftar menjadi Banser,” katanya, Sabtu (31/8).
Dalam pandangannya, ini adalah fenomena baru, menginat Banser saat ini justru sedang mengalami banyak serangan kabar bohong dan ungkapan nyinyir di sejumlah media sosial.
"Banser itu seperti kayu cendana, makin digesekan malah semakin harum," tuturnya.
Ahmad Banna pun mengapresiasi keseriusan hampir 75 peserta Diklatsar kali ini. Semangat serta komitmen peserta yang notabene muda ternyata di luar dugaan sebelumnya.
Diklatsar IV Banser sendiri diawali materi pembuka dari dosen Ilmu Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Bakhrul Amal yang didaulat panitia untuk mengisi materi keindonesiaan.
Dalam pemaparannya, Bakhrul Amal mengingatkan bahwa calon Banser dan Detasemen Wanita Banser atau Denwatser yang mendaftar ini harus memiliki komitmen yakni menjaga kesatuan dan persatuan.
Konsepsi dari komitmen penjagaan persatuan dan kesatuan bangsa itu menurut Bakhrul Amal jangan dimotivasi oleh niat lain selain niat mendukung perjuangan Nahdlatul Ulama.
"Menjadi santri, atau orang yang diakui santri oleh KH M Hasyim Asy’ari itu nilainya lebih besar dari uang sebanyak apapun. Bahagianya dunia dan akhirat,” jelasnya.
Bakhrul Amal menyitir ungkapan KH M Hasyim Asya'ri yang mengatakan bahwa siapa yang membesarkan Nahdlatul Ulama maka diakui sebagai santrinya.
Diklatsar ini dihadiri Kadensus 99 dan memberikan materi terkait penguatan ideologi menangkal terorisme.
Ketua panitia, Kardiman Abdurahman berusaha memberikan fasilitasi terbaik terkait pemahaman keaswajaan terhadap Banser dan Denwarser kali ini.
Editor: Ibnu Nawawi