Kedekatan keduanya dapat dimaklumi karena keduanya sama-sama pernah mondok dan tinggal di Jawa Timur. Selain itu, keduanya juga aktif di PBNU. Ketika KH Syukron Ma`mun menjadi Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU), KH Hasyim Adnan turut mendampinginya sebagai pengurus LD PBNU.
KH Hasyim Adnan menaruh hormat kepada KH Syukron Ma`mun dan mendukung perjuangan Kiai Syukron dalam mengembangkan Pondok Pesantren Daarul Rahman. Salah satunya dengan memasukkan anak-anaknya untuk menjadi santri di Pondok Pesantren Daarul Rahman.
KH Syukron Ma`mun sangat peduli dengan KH Hasyim Adnan. Ketika KH Hasyim Adnan mengalami lumpuh separuh badan dan ditambah dengan penyakit leukemia (kanker darah), Kiai Syukron menyiapkan satu tempat tinggal untuk Kiai Hasyim di Pondok Pesantren Daarul Rahman yang berada di Leuwiliang, Bogor jika sewaktu-waktu mau beristirahat. Padahal, tempat tinggal tersebut baru dibangun KH Syukron Ma`mun untuk keperluan pondok pesantren.
Kiai Hasyim Adnan juga peduli dengan kesehatan Kiai Syukron Ma`mun. Dia menganggap penyakit leukemia yang dideritanya diakibatkan juga oleh asap rokok. Dia sendiri adalah perokok, termasuk Kiai Syukron Ma`mun. Kepada sahabatnya (Kiai Syukron Ma`mun), Kiai Hasyim berpesan dengan keras agar berhenti merokok. Cukup dia saja yang terkena leukemia akibat banyak merokok.
Selamat Jalan KH Hasyim Adnan, Perjuanganmu Kami Teruskan!
Namun, selain lumpuh sebelah, dia juga mengidap penyakit leukemia atau kanker darah. Dia mengira penyebab dirinya terkena leukemia karena radiasi nuklir atau kebiasaannya merokok. Perkiraan dia terkena radiasi nuklir karena dia pernah berkunjung ke salah satu reaktor nuklir yang ada di Indonesia, walau perkiraan ini perlu diverifikasi kembali kebenarannya. Karenanya, dia berpesan kepada putrinya, Aida Makbulah, agar turut serta dalam mencegah pengadaan nuklir di Indonesia untuk alasan apapun.
Pada tanggal 6 Maret 1988, Kiai Hasyim Adnan meninggalkan kita, meninggalkan dunia ini untuk meneruskan kehidupannya di alam kubur dalam limpahan kasih sayang-Nya. Dia meninggal di Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat karena penyakit leukemia.
Ketika tiba di kediamannya, jenazah Kiai Hasyim Adnan kemudian dishalatkan dengan imam Kiai Syukron Ma`mun. Begitu banyak orang yang hadir untuk menshalatkan jenazahnya dan untuk mengiringinya, tumpah ruah sampai ke ujung jalan. Saat jenazah dimasukkan ke mobil ambulan untuk dibawa ke pemakaman di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, mesin mobil ambulan dimatikan. Para pengantar jenazahlah yang mendorong mobil ambulan tersebut dalam keadaaan mati mesin dari kediaman almarhum di Jalan Kayu Manis Barat No. 99, Jakarta Timur sampai TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.
Itulah cara para pengantar jenazah yang notabene orang-orang yang mengenal sosok almarhum memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, sosok ustadz, alim ulama yang mereka cintai. Selamat jalan KH Hasyim Adnan, Perjuanganmu kami teruskan! (selesai...)
Ustadz Rakhmad Zailani Kiki, Sekretaris RMINU DKI Jakarta. Ia juga peneliti pada Jakarta Islamic Centre. Kini ia diamanahi sebagai Sekretaris Aswaja Center PBNU.