260 Orang Meninggal dalam Unjuk Rasa Antipemerintah di Irak Sebulan Terakhir
Rabu, 6 November 2019 | 14:30 WIB
Ilustrasi aksi unjuk rasa anti-pemerintah di Baghdad, Irak, pada Senin (4/11). (AP Photo/Khalid Mohammed)
Unjuk rasa di Irak kembali menelan korban jiwa. Dalam 24 jam terakhir, ada 13 pengunjuk rasa yang meninggal setelah ditembak mati pasukan keamanan Irak. Mereka melepaskan tembakan untuk membubarkan para demonstran.
Sebagaimana diketahui, ada delapan orang yang terbunuh pada Senin (4/11) kemarin. Kemudian, seperti dikutip dari laman AFP, Rabu (6/11), lima orang lainnya meninggal dalam semalam atau awal Selasa, setelah terkena tembakan dari pasukan keamanan Irak.
Dengan demikian, hingga kini jumlah korban meninggal selama aksi unjuk rasa anti-pemerintah di Irak mencapai 260 orang. Untuk diketahui, Warga Irak menggelar aksi demonstrasi antipemerintah besar-besaran di beberapa kota di Irak sejak Selasa, 1 Oktober lalu dan masih berlangsung sampai saat ini. Belum ada tanda-tanda aksi unjuk rasa akan berhenti.
Massa turun ke jalan memprotes tingginya korupsi, pengangguran, dan buruknya layanan publik di bawah pemerintahan Perdana Menteri (PM) Adel Abdel Mahdi. Selain itu menuntut penyelesaian semua persoalan itu, mereka juga menuntut agar PM Mahdi mengundurkan diri.
Mahdi menyatakan, dirinya bersedia mundur dari jabatan PM jika para politis menyetujuinya. Dia juga telah berjanji akan melakukan reformasi di Irak. Massa kemudian ‘memperlebar’ tuntutannya. Tidak hanya menuntut mundur PM Mahdi tapi juga meminta seluruh partai politik Irak untuk pergi.
Massa yang turun ke jalan di Karbala, Irak, pada Senin (4/11), mendesak agar Konsulat Iran di kota tersebut ditutup. Alasannya, Iran mendukung rezim pemerintahan Irak yang dinilai korup. Dalam aksi demonstrasi di Karbala ini, tiga orang dilaporkan meninggal dunia setelah terkena peluru tajam yang ditembakkan pasukan keamanan.
Hubungan diplomatik antara Irak dan Iran memang berlika-liku. Pada 1980-an lalu, mereka terlibat peperangan. Namun kini, Irak dan Iran memiliki hubungan yang erat dalam bidang politik dan ekonomi.
Editor: Alhafiz Kurniawan