Jakarta, NU Online
Taman Victoria di Hong Kong yang dibuka pada 1845 itu sejak awal memang disebut-sebut sebagai ‘Taman Rakyat’. Sebab ia diciptakan untuk para pekerja menghabiskan waktu di hari libur. Relatif sejak saat itu hingga kini, taman tersebut menjadi tempat kelas pekerja, termasuk pekerja Indonesia di Hong Kong.
Saat saya berkunjung akhir Mei 2024 lalu, Taman Victoria yang masyhur itu dipenuhi kelas pekerja yang berkumpul di sudut-sudutnya. Di antara berbagai komunitas yang sedang menghabiskan waktu di sana, terdapat pula Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Hong Kong yang memanfaatkan untuk berkegiatan.
Ika Faelani, Pekerja Migran Indonesia (PMI) Hong Kong yang merupakan Ketua Lembaga Dakwah NU Hong Kong menuturkan bahwa di tempat itu PMI Indonesia termasuk NU sering berkegiatan di akhir pekan. Ika mengatakan Victoria Park ini memiliki tempat khusus di hati warga NU karena saking seringnya berkegiatan di sana.
"NU Hong Kong biasanya kumpul-kumpul dan melakukan aktivitas di Taman Victoria. Taman itu punya tempat tersendiri di hati NU Hong Kong, karena merupakan tempat cikal bakal lahirnya PCINU Hong Kong. Di sana kita merumuskan organisasi dan menjalankan sebagian kerja organisasi seperti pengajian, mengumpulkan dana, atau sekedar berkumpul melepas kangen antar sesama pekerja," kata Ika Faelani.
Baca Juga
Lima Pendekatan Dakwah Wali Songo
Saat berkunjung di sana, LDNU Hong Kong sedang mengadakan acara Halal bi Halal antarsesama pengurus dan anggota NU Hong Kong. Kegiatan ini digelar di bawah jalan layang (fly-over) di kawasan tersebut. Spot di bawah jembatan layang merupakan spot paling strategis karena sekaligus dapat menjadi atap yang melindungi dari hujan, terutama saat Hong Kong yang sering diguyur hujan.
Ika mengatakan, untuk menggunakan tempat 'strategis' ini, dia harus 'menduduki' sejak malam hari, agar tak didahului oleh orang atau kelompok lain. "Kita dari malam sudah gelar tikar di sini, dan ada teman NU yang menunggui agar tidak dipakai orang lain ketika paginya," jelasnya. Sebagai gambaran, menyitir data yang dipublikasi oleh Katadata, pada tahun 2022 terdapat lebih dari 60 ribu PMI di Hong Kong. Jumlah PMI ini merupakan yang terbesar setelah Taiwan (53 ribu) dan Malaysia (43 ribu).
Pada hari yang sama, NU Hong Kong tidak hanya punya satu kegiatan, namun tiga. Dua yang lain adalah Rapat Pengurus NU Hong Kong yang digelar di Kantor PCINU yang tak jauh dari Taman Victoria dan kegiatan Pagar Nusa NU Hong Kong di kawasan pusat perkotaan Hong Kong. Saya beruntung dapat hadir di semua acara dan berkenalan dengan para pengurus NU di sana.
Organisasi Perempuan
Menariknya, kegiatan organisasi yang super aktif dimotori oleh pengurus yang mayoritas perempuan. Hal itu tampak dari peserta kegiatan LDNU yang digelar di Taman Victoria adalah yang kesemuanya adalah perempuan. "Pengurus NU di sini 99 persen perempuan semua. Walau begitu, kegiatan di sini sangat aktif," kata ketua PCINU, Suparno kala itu. Hampir seluruh penggerak NU adalah perempuan. Bapak-bapak yang menjadi pengurus hanya sebagian kecil dan ‘bisa dihitung jari’.
Demikian pula di Halal bi Halal dan Peringatan Hari Kartini yang digelar oleh Pagar Nusa, juga dimotori dan dihadiri oleh peserta perempuan semuanya. Tidak ada satu pun peserta laki-laki. "Walaupun namanya kegiatan Pagar Nusa, tapi semua pengurusnya perempuan," kata moderator kegiatan waktu itu.
Ica menjelaskan, banyaknya pekerja perempuan di Hong Kong dikarenakan lapangan pekerjaan yang tersedia adalah pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh perempuan yakni Asisten Rumah Tangga. Karenanya, jarang laki-laki yang ‘diinginkan’ oleh pasar pekerja di Hong Kong. Sementara laki-laki yang bekerja di Hong Kong biasanya supir dan pekerja kasar, namun demand-nya tak sebanyak pekerjaan untuk perempuan. Kondisi ini membuat pengurus dan anggota NU di Hong Kong mayoritas adalah perempuan.
Koin NU di Hong Kong
Walau begitu, semangat ber-NU di Hong Kong tak bisa diremehkan. Selain aktif menggelar kegiatan pengajian, NU di Hong Kong berhasil menerapkan pengumpulan dana secara rutin dalam beberapa program. Program yang paling fenomenal bernama ‘One Dollar One Day'. Setiap hari anggota NU diminta mengumpulkan iuran sebesar satu dolar Hong Kong (atau sekitar Rp2ribu lebih). Kegiatan ini dimotori oleh NU Care-LAZISNU Hong Kong.
Ketua LAZISNU Hong Kong, Puguh Hari Setiawan mengatakan bahwa pengumpulan ini berlangsung relatif lancar. Ia mengatakan, Koin NU Peduli sudah berjalan sejak tahun 2017. Setiap bulan pengumpulan dana bisa berkisar HK$ 8000 hingga HK$ 10.000 atau setara Rp16 hingga Rp20 juta. "Yang mana sebagian koin berasal dari donatur tetap LAZISNU PCINU Hong Kong 150 donatur yang rutin menyetor Koin NU Peduli setiap bulan," ujar Puguh.
Sekretaris LAZISNU Hong Kong, Riyanti menambahkan infak yang terkumpul digunakan bukan untuk keperluan organisasi, melainkan untuk kemaslahatan umat terutama bagi PMI baik yang masih di Hong Kong ataupun yang sudah di Tanah Air, misalnya dalam bentuk pemodalan dan lain-lain.
Tantangan dan dukungan
Kendati begitu, kegiatan di Hong Kong tak selalu mudah. Sebab, pengurus PCINU dan MWC serta ranting banyak yang terpisah pulau. Jarak tempuh antara satu dengan yang lain juga lumayan lama menggunakan kapal ferry. Baik Ika maupun Riyanti berharap agar ke depan dapat menggelar kegiatan yang lebih produktif. Untuk itu ia berhadap mendapat support dari Pengurus Besar NU di Jakarta.
Merespons permintaan dari Hong Kong, Sekretaris Lembaga Dakwah NU, KH Nurul Badruttamam mengatakan bahwa LDNU sedang merencanakan untuk lebih intens mengirimkan dai ke luar negeri. Sebelumnya, pada bulan Ramadhan 2024 LDNU bersama dengan lembaga lain telah mengirimkan dai ke berbagai negara termasuk Hong Kong.
"Kami sedang berupaya mencari formula agar dapat meningkatkan intensitas dakwah Islam di luar negeri," kata Kiai Nurul dalam sebuah kesempatan di Jakarta.
Besarnya semangat berorganisasi dan dakwah Islam Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah di Hong Kong patut direspons secara lebih serius. Selain sebagai sebuah organisasi yang melindungi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya NU di sana, organisasi ini juga menjadi wasilah dalam melakukan advokasi terhadap tantangan yang dihadapi. Selain itu, melalui organisasi ini, bisa jadi menjadi peluang dalam melakukan kerja berbasis ekonomi yang bukan tidak mungkin menguntungkan untuk organisasi dan bermanfaat untuk dakwah Islam di Hong Kong.
Ahmad Rozali adalah Pengurus LTN PBNU