INCRE Balitbang Kemenag Wujud Pengembangan Komunikasi Lintas Tokoh Internasional
Kamis, 12 November 2020 | 00:30 WIB
Kaban Litbang Diklat Kemenag Achmad Gunaryo di forum INCRE 2 tampil secara daring. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)
Jakarta, NU Online
Kepala Badan (Kaban) Litbang dan Diklat Kementerian Agama Achmad Gunaryo mengatakan, dalam satu dekade ini Balitbang Diklat Kemenag sejak 2010 membuat kegiatan rutin konsultasi pemerintah dengan para tokoh agama untuk membicarakan sejumlah masalah sosial keagamaan yang terjadi di Indonesia.
“Dalam kegiatan tersebut, beberapa permasalahan dibicarakan seperti pendidikan, hisab rukyat, haji, produk halal, dan ekonomi umat. Kegiatan itu diberi nama Halaqah Ulama Nasional,” ujarnya dalam pembukaan The 2nd International Conference on Religion and Education (INCRE) atau Konferensi Internasional Agama dan Pendidikan ke-2 yang dihelat secara daring, Rabu (11/11).
Mulai 2015, lanjur Kaban, bersamaan dengan pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Halaqah Ulama mulai diperluas menjadi ‘Halaqah Ulama ASEAN’. Sejak itu, beberapa tokoh agama dan tokoh pendidikan dari ASEAN mulai hadir mensukseskan kegiatan tersebut. Berbagai gagasan dibangun seperti gagasan pengarusutamaan Moderasi Beragama dalam lingkup ASEAN.
“Tahun 2016 lalu, diselenggarakan Halaqah Ulama ASEAN dengan topik Mengembangkan Moderasi Beragama melalui Jaringan Pendidikan Keagamaan di negara-negara ASEAN. Hasilnya adalah Komitmen Bogor,” ungkap Gunaryo.
"Komitmen Bogor" itu, kata dia, antara lain berisi empat hal. Pertama, mensosialisasikan Islam Wasathiyah sebagai penjabaran Islam rahmatan lil alamin. Kedua, membuat pertemuan ulama dan majelis kerja sama tingkat ASEAN.
Ketiga, menyerukan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM) dalam beragama di wilayah ASEAN dan bersama-sama menanggulangi berkembangnya radikalisasi agama di Asia Tenggara dan dunia internasional.
“Keempat, membuat kerjasama program pengembangan ekonomi, sosial, dan budaya pendidikan keagamaan dan kegiatan lain yang mendukung,” papar Guru Besar UIN Walisongo Semarang ini.
Seiring perjalanan waktu, lanjut dia, ada pemikiran pertemuan tokoh agama dan tokoh pendidikan agama tidak saja di kalangan Islam. Akan tetapi, melibatkan tokoh agama dan tokoh pendidikan lintas agama. Kegiatan dimulai membangun komunikasi pendidikan lintas agama yang diadakan di Bandung, Jawa Barat pada 2018.
“Forum komunikasi ini menghasilkan gagasan untuk membangun komunikasi dan kerja sama lintas agama dalam memajukan pendidikan dan peradaban bersama,” tandas Gunaryo.
Menyasar internasional
Husen Hasan Basri selaku ketua panitia INCRE ke-2 mengatakan, berdasarkan dinamika halaqah ulama nasional hingga regional ASEAN dan Simposium Pendidikan Keagamaan, maka dibentuklah kegiatan yang mengundang para peneliti, akademisi, praktisi pendidikan agama dan keagamaan semua agama baik dari dalam negara-negara ASEAN maupun internasional.
“Kegiatan tersebut dikemas dalam kegiatan INCRE untuk pertama kalinya. Konferensi internasional tahun 2019 saat itu mengambil tema How Religion and Education Respond to the Contemporary World Challenges dengan beberapa sub tema,” kata Husen.
Sub tema INCRE 1 antara lain Education and Technology (Pendidikan dan Teknologi); Teacher and Religious Education (Guru dan Pendidikan Keagamaan); Strengthening Pesantren (Penguatan Pesantren): Management and Competitiveness (Manajemen dan Daya Saing).
"Religion, Education, and Social Change in Digital Era (Agama, Pendidikan, dan Perubahan Sosial di Era Digital); Religious Moderatism in Madrasah and School (Moderatisme Keagamaan di Madrasah dan Sekolah); dan Religion and Character Education (Pendidikan Agama dan Karakter)," kata Husen.
“Salah satu hasil dari INCRE 1 berupa naskah-naskah kerja sama antarnegara ASEAN dalam pengembangan moderasi beragama di bidang pendidikan agama dan keagamaan,” ungkapnya.
Tahun 2020 ini, lanjut Husen, dilaksanakan INCRE kedua dengan mengusung tema The Challenge of Education in Post Covid-19. Konferensi international kedua ini bertujuan setidaknya tiga hal. Pertama, mendiskusikan tantangan pendidikan pasca pandemi Covid-19.
“Kedua, merumuskan pemikiran-pemikiran tentang agama dan pendidikan agama yang mampu merespons tantangan dunia kontemporer. Ketiga, menerbitkan prosiding internasional INCRE,” paparnya.
Kabid Litbang Pendidikan Pesantren Puslitbang Penda ini menambahkan, karena dunia masih diliputi pandemi Covid-19 hingga hari ini maka seluruh rangkaian kegiatan INCRE 2 dilakukan melalui telekonfensi secara daring.
Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan