Internasional

Jelang Nafar Tsani Berakhir, Jamarat Mulai Lengang

Selasa, 12 Juli 2022 | 15:00 WIB

Jelang Nafar Tsani Berakhir, Jamarat Mulai Lengang

Suasana di jamarat yang menjadi lokasi para jamaah haji untuk melempar jumrah mulai lengang pada Selasa pagi pukul 07.00 WAS (Waktu Arab Saudi).

Makkah, NU Online

Suasana di jamarat yang menjadi lokasi para jamaah haji untuk melempar jumrah mulai lengang pada Selasa pagi pukul 07.00 WAS (Waktu Arab Saudi). Waktu tersebut merupakan hari terakhir waktu pelemparan jumrah untuk nafar tsani. Jamaah dapat melempar tujuh batu di masing-masing tempat dengan tenang, tak ada desak-desakan seperti pada tanggal 11 dan 12 Dzulhijjah.   


Jamaah haji Indonesia yang melempar jumrah pagi ini sebagian besar berasal dari jamaah haji khusus yang maktabnya berdekatan dengan jamarat. Mereka datang rombongan dipimpin oleh para pembimbingnya.

 

Untuk jamaah haji reguler, waktu lempar jumrah pukul 00-04.30 WAS. Hanya terlihat satu-dua jamaah haji dengan wajah-wajah Asia Tenggara atau menggunakan identitas Indonesia. 


“Pagi ini kami lempar jumrah, sekalian langsung naik bis menuju hotel di dekat Masjidil Haram,” ujar Irsyad, seorang jamaah haji khusus asal Jawa Tengah yang berhaji bersama istrinya.


Rombongan jamaah haji khusus asal Makassar yang dibimbing oleh ustadz Hasyim menyempatkan diri berfoto di tengah jalan yang sepi karena masih ditutup dan tak lagi banyak orang yang lalu-lalang. 


Pagi itu, layanan restoran cepat saji ayam goreng merek lokal Al Baik yang buka selama mabit di Mina masih tutup. Dua orang pekerja restoran terlihat melintas terowongan sambil membawa bungkusan besar roti untuk dijual. Pada hari-hari sebelumnya, antrian di restoran tersebut mengular panjang.


Tak seperti di Indonesia, di mana ada keramaian, di situ pula para penjual makanan bertebaran menawarkan dagangannya. Mereka menjual air minum botolan, kopi seduh, cemilan, hingga nasi atau rokok batangan, pemandangan seperti itu tidak ada di Arafah, Muzdalifah, atau Mina. Ada beberapa penjual makanan yang diizinkan, namun jumlahnya tak banyak. 


Sekalipun sudah sepi, para petugas haji Indonesia dengan seragam khasnya, baju putih dan rompi hitam masih berada di posisinya. Munawar, berdiri di dekat eskalator turun. Ia berjaga di situ untuk  membantu jamaah yang kebingungan harus turun di mana. Demikian pula, dr Irwan yang merupakan petugas kesehatan berjalan mengiringi jamaah untuk menjaga berbagai kemungkinan adanya masalah kesehatan yang muncul. 


Jalan King Fahad yang membelah kawasan Mina masih ditutup untuk kendaraan umum, hanya kendaraan berstiker khusus yang diizinkan masuk oleh keamanan, seperti bus-bus yang mengangkut jamaah haji khusus. Bagi jamaah haji biasa, terdapat jasa tumpangan mobil golf menuju pemberhentian taksi. 


Jumlah petugas yang berjaga terlihat berkurang dari hari sebelumnya, mereka pun pun terlihat santai, hanya sesekali melihat rombongan jamaah yang menuju jamarat. sebagian bahkan duduk bergerombol dengan teman-temannya, sambil ngobrol atau memainkan HP-nya. 


Juga terdapat pengemis yang duduk di posisi agak tengah jalanan setelah jamaah melempar jumrah menuju arah eskalator turun. Mereka tidak menengadahkan tangan, namun hanya diam sambil memandangi jamaah yang lewat. 


Nafar tsani merupakan proses pelemparan jumrah pada tanggal 13 Dzulhijjah yang sifatnya sunah. Sebagian jamaah haji hanya melakukan nafar awal atau mencukupkan berdiam di Mina dan melakukan lempar jumrah pada 12 Dzulhijjah.  


Mina akan menjadi kota mati, dan hidup kembali selama tiga hari pada musim haji 1444 Hijriyah. Hanya ada tenda-tenda putih kosong yang akan diselimuti debu, sampai akhirnya kembali difungsikan di tahun depan.

 

Suasana keramaian ala pasar malam di mana orang mabit dengan duduk-duduk di jalanan sambil mengobrol dengan temannya, yang mana sesekali rombongan jamaah haji lewat sambil membaca talbiyah atau askar datang memintanya berpindah tempat akan terulang kembali tahun depan. Bahkan akan lebih ramai lagi ketika jumlah jamaah haji sudah normal pada angka 2,5 juta jamaah. 


Pewarta: Achmad Mukafi Niam

Editor: Fathoni Ahmad