Oleh: H Khumaini Rosadi
Underestimate. Ketika kita mendengar seseorang berkunjung ke Macau, mungkin kita cenderung merendahkan dan meremehkan. Disangka orang itu mau main judi. Dikira dia mau main kasino. Apalagi Macau terkenal sebagai pusat judi atau kasino terbesar di Asia. Bahkan macau dijuluki Las Vegas-nya Asia dan 'The Sin City of Asia' (Kota Dosa Asia).
Tapi jangan salah sangka dulu, apalagi buruk sangka, karena yang pergi ke Macau ini adalah seorang ustadz, Dai Ambassador, juga guru ngaji.
Tugas saya sebagai Dai Ambassador, pertengahan Ramadhan ini pindah dari Hong Kong ke Macau. Bertolak dari Hong Kong dengan menggunakan fery menyebrang ke Macau dari pukul 16.45 tiba pukul 18.15.
Sebelumnya, Dai Ambassador yang bertugas di Macau adalah Ustadz Ismail Hasan asal Madiun. Sesuai dengan agenda yang telah diatur oleh DDHK dan Majelis Taklim Indonesia Macau (Matim), jadwal di-roling 15 hari–15 hari, antara saya dan Ustadz Ismail.
Sesampainya di Macau, saya disambut oleh tim dari Matim yang dipimpin oleh Ibu Zainah Isroni. Ia BMI asal Wonosobo yang sudah 13 tahun bekerja di Macau. Tiba waktu berbuka puasa, setelah itu kami melakukan shalat Maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib, makan malam, dan selanjutnya menunggu waktu sampai tengah malam untuk shalat Isya, Tarawih, dan Kultum dengan tema Nuzulul Qur'an.
Bertepatan dengan diperingatinya hari lahirnya Pancasila, tanggal 1 Juni, malam itu adalah tanggal 17 Ramadhan 1439 H. Artinya malam itu juga bertepatan dengan malam diperingatinya Nuzulul Qur'an.
Berbeda dengan kebiasaan di Hong Kong, kebanyakan Majelis Taklim dilakukan di pagi sampai sore hari, pukul 21.00 mereka harus sudah sampai di rumah majikan. Sedangkan di Macau, BMI tinggalnya tidak dengan majikan. Mereka stay out. Sewa rumah di luar, sehingga mereka bisa patungan.
Untuk satu rumah atau flat sewa per bulan kurang lebih P 11.000 (MOP) setara dengan rp18.977.782 (IDR) sesuai dengan kurs hari ini. Terbilang lumayan mahal juga. Setiap satu orang BMI harus mengeluarkan biaya patungan sewa per bulannya sebesar P 700 (MOP) atau rp1.207.677. Meskipun begitu mahal, tetapi semangat BMI di Macau untuk menuntut ilmu sangat tinggi. Jamaah yang hadir pun lebih dari 30 BMI.
Uniknya di Macau, shalat tarawih dan kultumnya dilaksanakan pada tengah malam. Shalat Isya dimulai jam 23.15. Shalat witir selesai jam 24.00. Lanjut kultum sampai pukul 00.30. Kegiatan majelis taklim di sini pun di luar Ramadhan biasanya dilakukan pada malam hari, karena menunggu para BMI yang baru pulang dari kerjanya.
"Kebanyakan mereka pulang kerja sekitar pukul 20.00. Istirahat sebentar, bersih-bersih mandi dulu, baru siap melakukan shalat berjamaah," kata Bu Zainah, salah satu BMI.
Sebagai pengisi kultum, saya yang biasa dipanggil dengan sapaan Ustadz Khumon menyampaikan bahwa Al-Qur'an akan menjadi penolong di hari kiamat bagi pembacanya. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
"Maka marilah membaca Al-Qur'an, terangilah rumah-rumah kita dengan membaca Al-Qur'an, syukur-syukur, minimal kita bisa khatam sekali dalam satu bulan Ramadhan," kata saya waktu itu.
Kultum bertema Nuzulul Qur'an ini, mengajak dan menggugah semangat BMI untuk terus membaca Al-Qur'an meskipun berada di kota judi. Sebab Al-Qur'an adalah pedoman untuk orang-orang yang beriman agar bahagia dunia dan akhirat.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: "Barang siapa membaca alquran, satu huruf Al-Qur'an yang dibaca, maka akan diberikan pahala sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim, satu huruf. Tetapi alif satu huruf. Lam satu huruf. Mim satu huruf." (HR Turmudzi).
Sebagai orang yang beriman, maka berkewajiban untuk saling mengingatkan. Marilah kita belajar Al-Qur'an, pahami maknanya, dan amalkan isinya. Jangan karena kita berada di lingkungan tidak baik, akhirnya kita pun mejadi tidak baik. Tetaplah menjadi emas meskipun berada di lumpur yang kotor.
Semoga kita bisa mengkhatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan ini. Semoga Al-Qur'an akan menjadi syafaat bagi kita semua nanti di hari kiamat kelak. Amin.
Penulis adalah Corps Dai Ambassador Dompet Dhuafa, Tim Inti Dai Internasional dan Multimedia (Tidim LDNU) yang ditugaskan ke Hong Kong dan Macau.