Ramadhan Tiba, Pemerintah Prancis Tingkatkan Keamanan di Pusat Ibadah Muslim
Senin, 12 April 2021 | 16:03 WIB
Jakarta, NU Online
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin memerintahkan aparat keamanan untuk meningkatkan pengamanan dan kewaspadaan di tempat ibadah Muslim di seantero negeri. Ia juga mengecam keras aksi perusakan di sebuah pusat studi Islam, yang disebutnya sebagai sebuah tindakan yang "tidak dapat diterima."
"Tulisan anti-Muslim yang ditulis di pusat kebudayaan dan keagamaan merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima," kata Darmanin dalam kunjungannya ke Pusat Kebudayaan Islam Avicenna di Kota Rennes.
"Kebebasan beragama di Prancis adalah sebuah kebebasan fundamental," imbuh Darmanin dilansir kantor berita Anadolu, Senin (12/4).
Beberapa hari sebelumnya, Pusat Kebudayaan Islam Avicenna dicoret-coret grafiti anti-Muslim oleh pihak tak bertanggung jawab. Peristiwa terjadi menjelang masuknya bulan suci Ramadhan.
Dewan Muslim Prancis (CFCM) mengatakan bahwa insiden di Rennes terjadi dua hari usai serangan pembakaran di Masjid Arrahma di Nantes. Sebelum itu juga ada ancaman pembunuhan terhadap jurnalis Muslim bernama Nadiya Lazzouni.
Belakangan ini, tindakan anti-Muslim meningkat di Prancis, di tengah pada perdebatan seputar RUU yang mengkonsolidasikan prinsip-prinsip Republik tanpa pandang bulu yang menargetkan komunitas Muslim.
Dalam sebuah pernyataan, CFCM mengatakan perdebatan itu sayangnya telah menjadi forum bagi para pelaku kebencian dari semua lapisan.
Dewan itu menambahkan bahwa slogan-slogan Islamofobia adalah bagian dari gerakan separatis yang ideologinya mengilhami Brenton Tarrant, yang menembaki dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019.
"Separatisme ini dan mereka yang berperan penting dalam Islam saling menyuapi dan merupakan ancaman bagi negara kita dan sesama warga negara kita," kata CFCM.
Dewan itu juga mengimbau umat Islam untuk waspada dan tidak terlibat dalam pertarungan yang salah.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon