Internasional

Ratusan Ribu Rakyat Sipil di Serbia Turun ke Jalan, Tuntut Pemerintahan yang Korup

Rabu, 19 Maret 2025 | 12:00 WIB

Ratusan Ribu Rakyat Sipil di Serbia Turun ke Jalan, Tuntut Pemerintahan yang Korup

Suasana demonstrasi di Beograd, Serbia, Sabtu (15/3/2025). (Foto: Serbian Monitor)

Jakarta, NU Online

Ratusan ribu massa memadati Ibu Kota Serbia, Beograd, pada Sabtu (15/3/2025). 
Demonstrasi ini menjadi puncak dari protes yang dipimpin oleh mahasiswa dan telah berlangsung lebih dari empat bulan terakhir.


Balkan Insight melaporkan para demonstran melambaikan bendera, meniup peluit dan klakson udara, serta meneriakkan slogan gerakan protes "Pump it!" saat mereka berbaris melalui kota, berkumpul di area antara Majelis Nasional dan Lapangan Slavija. 


Lapangan ini merupakan tempat diadakannya mengheningkan cipta selama 15 menit untuk mengenang 15 korban kecelakaan Stasiun Novi Sad.


Rakyat mengekspresikan kemarahannya kepada pemerintahan Alexander Vucic dan menuntut pertanggungjawaban resmi atas runtuhnya Stasiun Kereta Novi Sad pada November 2024 lalu yang menyebabkan 15 orang tewas tertimpa reruntuhan.


Atap beton di halaman depan Stasiun Novi Sad saat itu runtuh, padahal bangunan masih terhitung baru selesai dari tahap renovasi. Kemarahan publik dipicu dengan terendusnya upaya yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk menutupi metode konstruksi yang tidak aman dan potensi korupsi dalam renovasi stasiun yang dipimpin oleh Tiongkok tersebut.


Sebagian besar masyarakat di Serbia menyalahkan kecelakaan itu pada korupsi pemerintah yang merajalela, kelalaian, dan larangan kebebasan berpendapat. Mereka juga menuntut pertanggungjawaban atas para korban dari insiden Novi Sad.


Protes yang terjadi hampir setiap hari dalam kurun waktu empat bulan terakhir itu, mengguncang cengkeraman kekuasaan Vucic dalam 11 tahun masa jabatannya saat sebagai Perdana Menteri hingga Presiden Serbia.


Vučić  mendominasi politik Serbia sejak menjadi perdana menteri pada tahun 2014 dan kemudian menjabat sebagai presiden pada tahun 2017. 


Sebelum aksi massa pada Sabtu kemarin meletus, Vucic telah berulang kali menyebut tentang dugaan rencana kerusuhan. Ia juga mengancam penangkapan dan hukuman berat untuk setiap insiden yang terkait dengan unjuk rasa. 


Ia telah menolak pemerintahan transisi dan menghadapi pengunjuk rasa dengan menyebut para demonstran tidak akan pernah memaksanya untuk mundur. 


"Kalian harus membunuh saya jika kalian ingin menggantikan saya," kata Vucic dikutip The Guardian.


Al Jazeera menulis Vucic mengklaim bahwa badan intelijen Barat berada di balik protes yang dipimpin mahasiswa hampir setiap hari, dengan tujuan untuk menyingkirkannya dari kekuasaan. Namun, hingga saat ini tidak ada bukti yang cukup kuat terkait klaim Vucic tersebut.


Pada hari Sabtu saat demonstrasi berlangsung, berbagai layanan transportasi kota dihentikan di Beograd. Jadwal kereta antarkota telah dibatalkan untuk hari itu. Menurut perusahaan kereta api negara, hal itu adalah tindakan pengamanan demi keselamatan penumpang tetapi masyarakat luas menganggap ini sebagai upaya Vučić untuk membatasi jumlah massa unjuk rasa.


Aksi demonstrasi ini merupakan salah satu unjuk rasa terbesar yang pernah terjadi di Serbia. Balkan Insight menulis, Kementerian Dalam Negeri Serbia memperkirakan jumlah peserta  protes mencapai 107.000 orang. Namun, Arsip Pertemuan Publik, sebuah LSM yang menghitung jumlah peserta protes, memperkirakan antara 275.000 hingga 300.000 orang berpartisipasi.