Buka Konferwil NU Jatim, Gus Yahya Tekankan Relevansi Organisasi dengan Perubahan Zaman
Sabtu, 3 Agustus 2024 | 06:00 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat pembukaan Konferwil NU Jatim di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (2/8/2024). (Foto: dok. NU Online Jatim)
Jombang, NU Online
Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jawa Timur yang digelar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (2/8/2024) resmi dibuka oleh Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebut bahwa Nahdlatul Ulama harus terus berupaya melakukan transformasi. Hal ini mengingat telah banyak entitas yang tidak relevan dan terkikis oleh perkembangan zaman yang begitu cepat.
“NU akan terus berupaya menjadi organisasi yang tetap dibutuhkan oleh umat,” ujar Gus Yahya dalam sambutannya di hadapan para peserta Konferwil NU Jatim seperti dilansir NU Online Jatim.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang ini, dunia sedang berubah dan perubahannya begitu cepat. Di tengah perubahan itu semua akan menghadapi tantangan yang paling mendasar yaitu tantangan untuk menjadi tetap relevan. Menurutnya, perubahan ini tidak memandang entitas apapun.
"Perubahan itu bisa negara, atau organisasi atau bahkan perorangan. Kita tahu sudah berapa banyak orang-orang yang begitu penting di tengah-tengah masyarakat menjadi tidak relevan karena habis masa jabatannya," ujarnya.
Dalam skala besar, lanjut Gus Yahya, NU harus mampu mempertahankan relevansinya di tengah perubahan peradaban yang begitu cepat. Ia meyakini bahwa NU adalah organisasi yang penuh keberkahan dan tetap dibutuhkan umat sepanjang zaman.
"Apalagi dalam konteks masyarakat berskala peradaban seperti yang kita alami saat ini. Maka NU-pun memiliki tantangan yang sama. Sejauh mana NU mampu mempertahankan relevansi di tengah perubahan yang begitu cepat. Sampai kapan orang butuh NU. kita yakin jam'iyah ini adalah jam'iyah yang barokah sebagai mana di nash oleh muassisnya sendiri," terangnya.
Gus Yahya mengatakan, keyakinan tentang keberkahan NU dan para Muassis yang senantiasa membuat optimis tentang masa depan. Kendati demikian, keyakinan tersebut harus dibarengi dengan tanggung jawab yang besar pula.
"Tetapi tentu saja siapapun yang sudah berani memegang tanggung jawab atas organisasi ini harus berbuat sesuatu sehingga relevansi ini tetap lestari bahkan meningkatkan semakin relevan," jelasnya.
Berdasarkan cara berfikir inilah, kata Gus Yahya, maka PBNU sampai pada kesimpulan bahwa jam'iyah ini harus bertransformasi. Transformasi yang dibutuhkan ialah transportasi secara dharuri bukan hanya musabaqoh menjadi lebih baik dari yang lain, atau bahkan hanya muharabah untuk memenangkan pertarungan dengan yang lain.
"Ini soal survival, bagaimana soal bertahan di tengah gelombang yang terjadi. Ini dalam rangka memenuhi kebutuhan transformasi itu kita kembangkan sejumlah strategi yang pada dasarnya meliputi 3 matra besar. Di antaranya meliputi konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda-agenda organisasi, dan konsolidasi sumberdaya organisasi," tegas Gus Yahya.
Pihaknya pun bersyukur pada malam hari ini bukan hanya untuk melaksanakan kewajiban organisasi di lingkungan PWNU Jatim ini. “Tempat konferensi ini dilaksanakan di Tebuireng, tempat kita ber-tabaruk kepada muassis jam'iyah dan dzuriyah beliau," pungkasnya.