Ketika Bulan Ramadhan akan datang, banyak seruan untuk menyambut bulan mulia ini dengan perasaan senang. Nyatanya, banyak kaum muslimin yang merasa gembira ketika Ramadhan datang dengan berbagai alasan. Demikian pula ketika Ramadhan berlangsung, kegembiraan dirasakan oleh banyak orang. Kegembiraan ini menarik untuk dibahas karena Rasulullah juga telah mengabarkan berbagai kegembiraan untuk kaum muslimin dengan rangkaian ibadah sunnah di Bulan Sya’ban sebelum memasuki Ramadhan.
Oleh karena itu, gebyar datangnya Ramadhan yang merasuk ke segenap sendi-sendi kehidupan kaum muslimin di manapun mereka berada menarik perhatian para peneliti. Dari mana asalnya sumber kegembiraan itu? Benarkah efek positif sunnah-sunnah di Bulan Sya’ban dapat menghantarkan kegembiraan saat memasuki Bulan Ramadahan? Adakah pengaruh kegembiraan itu terhadap kepribadian umat Islam?
Sebuah penelitian terbaru dari Malaysia mengungkapkan bahwa ada kegembiraan di Bulan Ramadhan yang merupakan efek ikutan dari kebiasaan puasa sunnah di Bulan Sya’ban. Penelitian itu dilakukan oleh Hassan dan timnya tentang efek puasa Sya’ban dan kepribadian di Bulan Ramadhan.
“Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan puasa Sya’ban terhadap perubahan perilaku menjelang Ramadhan. Temuan ini mendukung anggapan bahwa puasa di bulan Sya’ban berpengaruh terhadap perilaku. Lebih lanjut, penelitan ini mengungkapkan hikmah tersembunyi dari puasa sunnah yang dilakukan pada bulan Sya’ban sebelum bulan suci Ramadhan. Hasil penelitian juga menemukan bahwa ketika seseorang berpuasa Sya’ban akan meningkatkan kepribadian positifnya di awal Ramadhan yaitu dari nilai 0,36 menjadi 0,40.” (Hassan dkk, 2022, The Effects of Fasting in The Month of Sya’ban on Good Behavior and Character Building Prior to Ramadhan, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 12(9), 183 – 197)
Temuan penelitian tersebut mendukung bukti-bukti yang ditemukan dalam Al-Qur'an dan hadits tentang keutamaan puasa, termasuk puasa sunnah di bulan Sya'ban. Oleh karena itu, umat Islam yang berpuasa sunnah selama bulan Sya'ban mendapatkan ikutan efek positif yang muncul pada kepribadian seseorang dalam mempersiapkan perjalanan spiritual di bulan suci Ramadhan.
Setelah memasuki Bulan Ramadhan, kegembiraan kaum muslimin lebih jelas tergambarkan sebagai buah dari keimanan dan hasil dari aktivitas rukun Islam. Sebuah riset yang dilakukan oleh kolaborasi ahli dari Malaysia dan Amerika Serikat juga mengungkapkan fakta ini.
Melalui pendekatan medis, psikologis, dan fisiologis, Mastor dan timnya meneliti tentang kegembiraan yang dialami oleh mahasiswa muslim di awal Bulan Ramadhan. Penelitian itu membandingkan antara mahasiswa yang muslim dan berpuasa dengan mahasiswa non muslim yang tidak berpuasa. Hasilnya, pada mahasiswa muslim yang berpuasa, terdapat berbagai efek positif yang mendukung kebaikan emosi pada Bulan Ramadhan.
“Emosi ditemukan meningkat sebelum Ramadhan dimulai. Selama Ramadhan, kegembiraan meningkat sementara ketidaksabaran, murung dan kesedihan menurun. Seminggu setelah Ramadhan berakhir, tingkat kebahagiaan dan kegembiraan menurun.” (Mastor dkk, 2019, Fasting Effects on Emotion Changes-A Multi-Level Analyses, International Summit on Science Technology and Humanity: halaman 200-208)
Penelitian unik lainnya yang mengungkapkan kebahagiaan selama Ramadhan berasal dari Turki. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa setiap minggu di bulan Ramadhan, ada sedikit peningkatan kebahagiaan. Namun, dua minggu setelah Ramadhan berakhir, orang-orang tampaknya kembali ke tingkat kebahagiaan dasar mereka. Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki skor kebahagiaan tertinggi adalah mereka yang berpuasa penuh (Ugur, 2018, Does Ramadhan Affect Happiness? Evidence from Turkey, Archive for The Psychology of Religion 40: halaman 163-175).
Di Indonesia sendiri, penelitian tentang kegembiraan di Bulan Ramadhan telah dilakukan terhadap komunitas santri. Dalam tradisi Islam, khususnya di Nusantara, bulan Ramadhan terbiasa disambut dengan penuh suka cita. Oleh karena itu, bulan Ramadhan diduga berkaitan dengan kebahagiaan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Royanullah dan Komari ini bertujuan menganalisis perubahan kebahagiaan pada seorang muslim seiring datangnya bulan Ramadhan.
Peneliti melibatkan 117 orang sebagai responden muslim dewasa yang pernah mengenyam pendidikan pesantren. Hasil penelitian memperlihatkan perbedaan emosi positif yang signifikan antara minggu ke-3, ke-2, dan ke-1 menjelang datangnya bulan Ramadhan, sementara emosi negatif tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Hasil uji korelasi memperlihatkan terdapat korelasi positif antara datangnya bulan Ramadhan dengan emosi positif, serta sebaliknya berkorelasi negatif dengan emosi negatif. Hal ini membuktikan datangnya bulan Ramadhan berkaitan dengan peningkatan kebahagiaan seorang muslim (Royanullah dan Komari, 2019, Bulan Ramadhan dan Kebahagiaan Seorang Muslim, Jurnal Psikologi Islam dan Budaya, Volume 2 Nomor 2: Halaman 127-138)
Dari berbagai penelitian tersebut, Bulan Ramadhan erat kaitannya dengan kegembiraan kaum muslimin. Lebih lanjut, kegembiraan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap baiknya kepribadian dan kesehatan fisik maupun mental kaum muslimin. Oleh karena itu, selayaknya setiap orang Islam berusaha menghayati rangkaian ibadah di Bulan Ramadhan agar mendapatkan keberkahan berupa kebahagiaan hakiki yang tidak hanya dirasakan di akhirat kelak, tetapi juga bisa dipetik buahnya sejak di dunia ini. Wallahu a’lam bis shawab.
Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker, pegiat farmasi, anggota MUI Cilacap.