Shalawat Nariyah/Kamilah/Tafrijiyyah/Taziyah dikenal secara luas oleh dunia Islam, termasuk di Nusantara. Di Indonesia, kalangan pesantren dan warga Nahdliyyin sangat akrab dengan shalawat yang satu ini. Namun, belum banyak kaum muslimin di Indonesia yang mengetahui bahwa shalawat itu dikarang oleh ulama dari Maroko. Karena pengarangnya berasal dari Kota Taza, Maroko, maka Shalawat Nariyah di Maroko juga dikenal dengan Shalawat Taziyah.
Shalawat ini sering diamalkan dan dibaca untuk berbagai hajat dengan jumlah bilangan tertentu. Tata bahasanya yang indah sering membuat sebagian orang salah paham terhadap shalawat ini. Padahal, bila memahami bahasa Arab dengan baik dan benar, tidak ada masalah dengan makna yang terkandung di dalam Shalawat Nariyah. Karena indah bila dilagukan, shalawat ini sering digunakan untuk puji-pujian di masjid maupun mushalla.
Pengarang Shalawat Nariyah adalah Syekh Ibrahim bin Muhammad bin Ali at-Tazi. Beliau adalah seorang wali besar yang berasal dari Kota Taza, Maroko (Zahasfan, Shalawat Nariyah Sejarah dan Khasiatnya, [Surabaya, Imtiyaz: 2021], halaman 1).
Penelitian yang dilakukan oleh Zahasfan tentang pengarang Shalawat Nariyah berdasarkan pada beberapa kitab. Salah satu rujukan yang digunakan adalah Kitab Annajmuts-Tsaqib karya Ibnu Sha’d. Kitab lainnya yang mendukung argumen ini adalah Al-Hujjajul Bayyinat sebagaimana yang dipegang oleh Syekh Abdullah Al-Ghumari dan Kitab An-Nubugh Al-Maghribi.
Kota kelahiran Syekh Ibrahim at-Tazi adalah Kota Taza yang terletak 119 km di timur laut kota Fez, Maroko. Menurut penelitian Zahasfan, diperkirakan Syekh Ibrahim lahir pada akhir abad ke-8 Hijriah atau abad ke-14 Masehi. Guru Syekh Ibrahim yang pertama bernama Syekh Abi Zakariya Yahya al-Wazi’i, yaitu seorang ulama di Kota Taza. Selanjutnya, Beliau berkelana mencari ilmu ke Aljazair, Tunisia, Libya, Mesir, Mekah, dan Madinah (Zahasfan, 2021: 17-19).
Pengarang Shalawat Nariyah menguasai berbagai bidang ilmu seperti ulumul qur’an dan hadits, Bahasa Arab, ushuluddin, ushul fiqih, manthiq, dan tajwid. Beliau juga ahli dalam bidang syair dan tasawuf. Makamnya berada di benteng Bani Rasyid, daerah Aljazair. Beliau memiliki karomah yang sangat terkenal di Aljazair, yaitu menginisiasi aliran air untuk daerah Oran baik untuk penduduk maupun kepentingan irigasi.
Dalam buku yang ditulis oleh H Alvian Iqbal Zahasfan, tertulis testimoni dari kaum muslimin yang mengamalkan Shalawat Nariyah. Di antara berbagai khasiat yang disebutkan, ada beberapa khasiat yang terkait dengan penyembuhan penyakit. Seorang yang juga disebutkan namanya dalam buku tersebut mengungkapkan bukti khasiat Shalawat Nariyah untuk menyembuhkan koma sebagai berikut:
“Di kampung kami Shalawat Nariyah menjadi andalan amaliyah setiap lailatul ijtima dan wasilah bagi warga yang sakit untuk sembuh. Di Cilacap Jawa Tengah, hasilnya menakjubkan, yang tadinya menurut dokter, penyakitnya tidak ada obatnya, tidak ada harapan sembuh, koma lama, tapi dengan wasilah mengumpulkan warga untuk membacakan Shalawat Nariyah, Alhamdulillah sembuh.” (Zahasfan, 2021 M: 322).
Kisah lainnya berasal dari kesembuhan seorang mahasiswa dari Aceh yang kuliah di Maroko dan mengalami sakit di Kota Tanger. Penulis buku sekaligus saksi mata atas kejadian ini menuturkan kisahnya sebagai berikut:
“Ia sakit, ada pembekuan di pembuluh darahnya bagian otak. Dokter memvonis operasi kepalanya besok. Malam harinya, kawan-kawan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Maroko mengadakan majelis zikir Shalawatan Nariyah di sekretariat PPI di Rabat. Dipimpin oleh Kuntoro, jumlah bacaan sudah dibagi rata sesuai jumlah hadirin termasuk saya. Kita gotong royong membaca Shalawat Nariyah sebanyak 4444x. Di tengah-tengah kita letakkan air minum. Setelah membacanya sebanyak 4444x air yang ada di tengah-tengah kita yang dibacakan dikirim ke Kota Tanger...Keesokan hari sebelum operasi, dokter mengecek kepalanya, dan masya Allah pembekuan darah di otaknya sudah mencair lancar. Sembuh. Tidak jadi operasi berkat Shalawat Nariyah.” (Zahasfan, 2021 M: 322-323).
Pada kesempatan yang lain, seorang santri menuturkan pengalaman di pondoknya ketika terjadi kesurupan. Shalawat Nariyah dibacakan bersama-sama untuk mengusir kesurupan.
“Apalagi di pondok dulu ada kesurupan massal, jadi dibaca bareng-bareng santri putri sepondok sampai yang kesurupan sembuh. Kalau yang kesurupan makin menjadi-jadi, (santri lain) baca Shalawat Nariyah-nya semakin keras. Alhamdulillah, kemudian yang kesurupan bisa sembuh.” (Zahasfan, 2021: 332).
Dari berbagai testimoni tersebut, Shalawat Nariyah bisa menjadi bacaan ruqyah. Penyakit yang dapat diruqyah dengan shalawat ini bermacam-macam, mulai dari penyakit fisik hingga penyakit nonfisik. Hal ini sekaligus menepis tuduhan sebagian kalangan yang sering melemparkan tuduhan negatif terhadap Shalawat Nariyah. Mungkin karena kesalahpahaman, sebagian kalangan menuduh dengan tuduhan yang tidak pantas terhadap shalawat ini.
Di Brunei Darussalam, Shalawat Nariyah dikenal dengan Shalawat Tafrijiyyah. Penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga resmi di Brunei mengungkapkan bahwa air yang dibacakan Shalawat Tafrijiyyah bermanfaat untuk kesehatan.
Lembaga itu mengirimkan sampel air yang telah dibacakan Shalawat Tafrijiyyah sebanyak 4444x ke peneliti kristal air kenamaan dari Jepang, Masaru Emoto. Hasilnya, kristal air yang dibacakan Shalawat Tafrijiyyah mengejutkan Masaru Emoto karena keindahannya belum pernah dilihat sebelumnya sebagai berikut:
“Kristal yang terkena zikir doa tampak luar biasa, tetapi air yang terkena Tafrijiyah (4444x) melampaui itu” (Muller, 2018, Hybrid Pathways to Orthodoxy in Brunei Darussalam: Bureaucratised Exorcism, Scientisation and the Mainstreaming of Deviant-Declared Practices, Journal of Current Southeast Asian Affairs, 37, 1:halaman 141-183)
Di Brunei, air Tafrijiyyah dijual dengan harga 70 sen dolar Brunei per botol. Ini berfungsi sebagai obat dan untuk perlindungan dari bahaya atau gangguan sihir. Agar efektif, air itu harus digunakan bersamaan dengan doa dan diiringi keyakinan yang teguh.
Sebagai kaum muslimin yang mencintai shalawat, selayaknya kita menelusuri sejarah Shalawat Nariyah dari sumber yang valid. Bukti-bukti ilmiah dan testimoni pengamal Shalawat Nariyah bisa menjadi inspirasi bagi kaum muslimin yang sedang sakit agar mengambil wasilah kesembuhan melalui Shalawat Nariyah. Wallahu a’lam bis shawab.
Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti farmasi