Kelahiran Nabi Muhammad dan Siksa Abu Lahab yang Diringankan
Senin, 3 Oktober 2022 | 10:00 WIB
Siapa yang tidak tahu dengan sosok Abu Lahab, paman Nabi Muhammad saw. Sejarah Islam menceritakan bahwa ia merupakan orang yang sangat memusuhi Nabi Muhammad dan Islam, semenjak Nabi Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul.
Abu Lahab adalah kakak dari ayah Nabi Muhammad saw, Abdullah bin Abdul Muthalib. Saking besarnya Abu Lahab memusuhi Nabi saw dan Islam, hingga namanya diabadikan menjadi salah satu nama Surat di dalam Al-Qur’an, yakni Al-Lahab ayat 1-5 yang berbunyi:
Tabbat yada-abi lahabi-watab. Ma aghna anhu maa luhu wa maa kasab. Sayashlanaran dzata lahab. Wa-mra-atuhu hammaa latal-hatab. Fi jiidiha hablu-minmasad.
Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab, dan benar-benar binasa dia. Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api neraka (yang bergejolak). Dan begitu pula istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
Meskipun Abu Lahab sangat membenci Nabi saw, akan tetapi ia pernah sangat bergembira atas lahirnya keponakannya tersebut. Abu Lahab begitu gembira ketika mendengar Siti Aminah telah melahirkan anak laki-laki, yakni Muhammad.
Diceritakan bahwa suatu hari, tepatnya pada hari Senin, Tsuwaibah datang kepada tuannya Abu Lahab seraya memberikan kabar tentang kelahiran keponakannya, bernama Muhammad. Abu Lahab pun sangat bergembira, seraya meneriakkan kata-kata pujian atas kelahiran keponakannya tersebut sepanjang jalan. Saking gembiranya, ia segera mengundang tetangga, teman-temannya dan para kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakan barunya ini.
Di hadapan khalayak ramai yang mendatangi undangan tersebut, Abu Lahab berkata kepada budaknya Tsuwaibah, ”Wahai Tsuwaibah, sebagai tanda syukurku atas kelahiran keponakanku, anak dari saudara laki-lakiku Abdullah, maka dengan ini kamu adalah lelaki merdeka mulai hari ini.”
Dengan wasilah memerdekakan seorang budak, sebab bergembira atas kelahiran Rasulullah saw, Abu Lahab diringankan siksanya setiap hari Senin. Diceritakan oleh Suhaili bahwa Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bary berkata
أَنَّ الْعَبَّاسَ قَالَ لَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ رَأَيْتُهُ فِي مَنَامِي بَعْدَ حَوْلٍ فِي شَرِّ حَالٍ فَقَالَ مَا لَقِيتُ بَعْدَكُمْ رَاحَةً إِلَّا أَنَّ الْعَذَابَ يُخَفَّفُ عَنِّي كُلَّ يَوْمِ اثْنَيْنِ قَالَ وَذَلِكَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلِدَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَكَانَتْ ثُوَيْبَةُ بَشَّرَتْ أَبَا لَهَبٍ بِمَوْلِدِهِ فَأَعْتَقَهَا
Artinya: bahwa Ibnu Abbas berkata, ketika Abu Lahab mati, setahun kemudian aku melihatnya dalam mimpi dalam kondisi yang buruk. Ia berkata: aku setelah meninggalkan kalian tidak pernah merasakan jeda istirahat dari siksa, melainkan azab diringankan setiap hari Senin. Abu Lahab menjelaskan: Itu karena saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada hari Senin, waktu ia diberi kabar oleh Tsuwaibah atas kelahirannya, maka Abu Lahab membebaskannya (Tsuwaibah).
Juga diceritakan oleh Al-Abbas, paman Nabi, bahwa beliau bermimpi melihat Abu Lahab. Dia berkata, "Bagaimana keadaanmu?"
Dia (Abu Lahab) menjawab, Ssaya seperti yang engkau lihat. Tersiksa. Tapi setiap hari Senin Allah meringankan siksa-Nya kepadaku karena aku bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad.”
Kemudian, Urwah juga pernah menceritakan tentang diringankannya siksa Abu Lahab karena ia pernah memerdekakan budak ketika Nabi Muhammad saw dilahirkan.
كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا، فَأَرْضَعَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ، قَالَ لَهُ: مَاذَا لَقِيتَ؟ قَالَ أَبُو لَهَبٍ: لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ
Artinya: Urwah berkata, (Tsuwaibah adalah bekas budak Abu Lahab). Waktu itu, Abu Lahab membebaskannya, lalu Tsuwaibah pun menyusui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ketika Abu Lahab meninggal, ia pun diperlihatkan kepada sebagian keluarganya di alam mimpi dengan keadaan yang memprihatinkan. Sang kerabat berkata padanya: “Apa yang telah kamu dapatkan?” Abu Lahab menjawab,”Setelah kalian, aku belum pernah mendapati sesuatu nikmat pun, kecuali aku diberi minum lantaran memerdekakan Tsuwaibah. Wallahu’alam
Maka dari itu, kita semua orang Islam patut bersyukur dan berbangga dengan kelahiran Nabi Muhammad saw, Nabi yang membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Terutama di bulan kelahiran Nabi saw, bulan Rabiul Awal, hendaknya kita perbanyak membaca shalawat kepadanya. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya.
(Yudi Prayoga)