Jakarta, NU Online
Akademisi Universitas Padjadjaran Aldrin Helwany mengomentari pro-kontra Annual Meetings of the International Monetary Fund and the World Bank Group 2018 yang digelar di Nusa Dua, Bali beberapa waktu lalu.
Ia beranggapan bahwa dengan mengadakan pertemuan itu, pemerintah dan masyarakat Indonesia mendapatkan keuntungan besar dalam berbagai hal.
“Keuntungan yang paling nyata dan langsung terasa adalah kedatangan ribuan orang ke Nusa Dua, Bali mendatangkan keuntungan yang banyak. Warga Bali langsung kebanjiran turis yang datang belanja makanan, pakaian, dan lainnya,” kata ldrin Helwany saat berkunjung ke kantor NU Online di Gedung PBNU Jakarta, Rabu (17/10).
Komite penyelenggara mengestimasi, peserta yang terlibat dalam acara itu tak kurang 32 ribu orang yang terdiri dari peserta biasa, 3.500 delegasi dari 189 negara anggota dan sekitar seribu awak media dari berbagai belahan dunia. Selama acara digelar sejak 8 hingga 14 Oktober 2018, mereka adalah pelancong yang menjadi ‘pangsa pasar’ bagi warga lokal.
Keuntungan selanjutnya menurut Aldrin dalam kesempatan itu, Indonesia dengan mudah dapat mempromosikan kekayaan, kebudayaan dan nilai-nilai lainnya yang menjadi kebanggan Indonesia di satu tempat kepada belasar ribu orang dari ratusan negara.
“Bayangkan kalau kita harus mengunjungi mereka satu-persatu, dari sisi biaya sudah pasti lebih mahal,” katanya.
Maka dari itu ia mengatakan, tudingan bahwa pemerintah menghambur-hamburkan uang di tengah bencana di Indonesia untuk sebuah pertemuan itu tidak benar. Justru sebaliknya keuntungan yang didapatkan dari pertemuan itu jauh lebih besar. (Ahmad Rozali)