Jakarta, NU Online
Perjalanan hidup manusia tidak selamanya berada pada posisi yang diharapkan. Terkadang kegelisahan membayangi hidup yang menjadikan ketidaknyamanan dan mengarah kepada keterpurukan.
Namun kita tak perlu khawatir karena Allah maha kuasa atas segalanya. Cobaan dalam hidup yang mengakibatkan kegelisahan merupakan takdir Allah yang pasti sanggup untuk kita lalui.
Ikhtiar untuk menghilangkan kegelisahan hidup bisa dilakukan dengan doa dan dzikir mendekatkan diri pada Allah. Memasrahkan semua kepada-Nya dan mengharap yang terbaik.
Terkait hal ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Moh Mukri mengungkapkan sebuah dzikir untuk menghilangkan rasa gelisah dan ketidaknyamanan.
"Dzikir istimewa ini bisa dibaca di saat kegelisahan itu datang," kata alumni Pesantren Krapyak Yogyakarta saat diskusi dengan NU Online, Rabu (24/5/2023).
Baca Juga
Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu
Dzikir ini diambil dari sebuah hadits dari Ummul Mu’minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits ra yang Nabi saw menyebut timbangannya memiliki banyak keutamaan. Kalimat dzikir itu adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimatihi”
“Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian pada-Nya. sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan keridhaan Zat-Nya, seberat timbangan ‘arasy-Nya dan sepanjang beberapa kalimah-Nya," kata Prof Mukri menyampaikan arti dzikir tersebut.
Dzikir ini mengandung makna betapa agung kekuasaan Allah yang sudah semestinya manusia pasrah dan semakin mengimani kebesaran-Nya. Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang lepas dari pantauan-Nya.
Ia menambahkan bahwa permasalahan dalam kehidupan menjadi sebuah keniscayaan. Untuk mengurangi beban, Allah telah mengaruniakan tangis. Dengan menangis, beban yang dirasakan dalam menerima beban bisa dikurangi.
"Ditambah dengan dzikir mengagungkan Allah, Insyaallah beban kegelisahan akan dilepaskan dari diri kita," pungkasnya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin