Nasional

Bagaimana Menyikapi Marah dan Bahagia di Bulan Puasa?

Kamis, 24 Mei 2018 | 00:00 WIB

Bagaimana Menyikapi Marah dan Bahagia di Bulan Puasa?

KH M. Luqman Hakim. (Istimewa)

Jakarta, NU Online
Esensi puasa ialah menahan diri dari sesuatu yang berpotensi merusak puasa, baik lisan dan perilaku, dan lain-lain, semisal tidak bisa menahan emosi atau marah. Tidak hanya di bulan puasa, dalam kehidupan sehari-hari pun, manusia lekat dengan sikap marah sekaligus rasa bahagia.

Namun, eskalasi emosi dan bahagia tersebut kerap mampir dalam dada manusia ketika sedang menjalani puasa. Lalu seperti apa menyikapi sekaligus dua perasaan itu?

Pakar Tasawuf KH M. Luqman Hakim memberikan penjelasan bahwa emosi dan kebahagiaan justru harus disikapi secara bijaksana.

Sebab menurut penulis buku Psikologi Sufi ini, justru emosi bisa mendatangkan kebaikan, sedangkan kebahagiaan bisa mendatangkan mudharat jika tidak bisa menyikapinya dengan bijak.

“Apabila emosimu justru naik di bulan suci Ramadhan, yakinlah bahwa Allah sedang membersihkan dirimu dan bersabarlah,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Kamis (24/5) lewat kaun twitter pribadinya @KHMLuqman.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat itu juga menegaskan bahwa perasaan bahagia di bulan suci Ramadhan hendaknya tidak berlebihan.

“Apabila kebahagiaanmu muncul di bulan suci ini waspadalah jangan berlebihan karena puasa harus mengendalikan nafsu,” tutur Kiai Luqman. (Fathoni)


Terkait