Jakarta, NU Online
Kesehatan udara adalah hak warga yang harus dijamin negara. Namun saat ini kondisi udara di wilayah perkotaan sangatlah buruk. Banyak faktor yang menjadi sebab, di antaranya polusi akibat transportasi yang tidak ramah lingkungan serta efek industralisasi.
Penggugat Kualitas Udara Ibu Kota, Inaya Wulandari Wahid mengatakan ada dua hal yang harus dilakukan masyarakat untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Pertama, masyarakat perlu melakukan tindakan berkelanjutan terhadap lingkungan.
“Seringkali masyarakat konsumsi sesuatu yang tidak tahu asalnya dari mana. Padahal sesuatu tersebut memiliki dampak buruk,” ujar Inay, sapaan akrabnya, dalam webinar Udara Sehat, Iklim Selamat melalui kanal Gusdurian TV pada Senin (12/7) malam.
Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk memulai mengurangi dampak tersebut. Ia mencontohkan penggunaan sepeda lebih dipilih daripada transportasi lain yang mengeluarkan emisi gas lebih banyak.
Kedua, lanjut Inay, masyarakat perlu mengubah perilaku yang berpotensi memberikan dampak buruk. Misalnya, ia memberi contoh, dengan mengurangi penggunaan plastik serta membawa benda-benda yang bisa didaur ulang. Namun demikian, Ia menekankan pentingnya bersikap kritis pada kebijakan pemerintah yang keluar dari jalur dan berdampak buruk pada iklim Indonesia.
Senada dengan itu, Pengasuh Pesantren Misykat Al-Anwar Roy Murtadho mengatakan selemah-lemahnya iman, masyarakat mesti berbuat sesuatu, tidak diam saja. Misalnya, dengan mengajak tetangga minimal keluarga agar mengurangi konsumsi yang tidak perlu dan bisa mengajak masyarakat sekitarnya untuk berhenti memakai plastik.
Kemudian, melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa 30 persen dari apa yang sedang dikonsumsi adalah sampah. Gus Roy, sapaan akrabnya, berpendapat tidak ada tempat sedikit pun untuk sampah. Karenanya, ia memandang bahwa istilah ‘Buanglah sampah pada tempatnya’ seringkali menjadi paradoks.
“Pemerintah harus terus diingatkan agar kebijakannya lebih berpihak pada kelestarian ekosistem lingkungan,” pesan Ketua Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA) itu.
Sementara itu, Ketua Bike2Work Indonesia, Fahmi Saimima mengatakan perlu sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan paradigma berkendara, berjalan, sepeda. “Penting melakukan pendekatan yang lebih persuasif kepada masyarakat dan pemangku kebijakan dengan contoh serta mengupayakan pendekatan politis,” ungkapnya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syakir NF