Grand Syekh Al-Azhar Bercita-cita Dirikan TPQ Usai Pensiun, Ini Kata KH Afifuddin Muhajir
Jumat, 12 Juli 2024 | 14:00 WIB
Wakil Rais Aam PBNU, KH Afifuddin Muhajir (batik hijau) Bersama Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Al-Thayeb, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan tokoh-tokoh lintas agama pada nterfaith and Intercivilizational Reception di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat pada Rabu (10/7/2024). (Foto: Instagram/@muhajirafifuddin)
Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir, menjelaskan peran penting kiai kampung dalam menyebarkan dakwah Islam dan membina kehidupan masyarakat. Ia menyebut seorang guru besar adalah mereka yang mengajarkan anak-anak.
Hal ini ia sampaikan sebagai respons dari pernyataan Grand Syekh Al-Azhar Ahmad El-Tayeb, yang bercita-cita untuk mendirikan pusat pengajaran Al-Qur'an bagi anak-anak selepas masa baktinya di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir berakhir.
"Tanpa kiai kampung tidak ada kiai besar," kata Kiai Afif kepada NU Online, Selasa lalu.
Ia memberikan apresiasi tinggi terhadap rencana Grand Syekh Al-Azhar. Pria yang disapa Kiai Afif juga menekankan pentingnya peran kiai kampung dalam pendidikan agama.
"Saya sering mengatakan bahwa guru besar adalah guru yang mengajarkan anak-anak karena dari situlah mereka itu berada. Ajarilah anak-anakmu karena mereka itu lahir dan diciptakan untuk zaman yang berbeda dengan zamanmu," imbuh Kiai Afif.
Kiai kelahiran 20 Mei 1955 itu menyebut para guru yang mengajarkan dasar-dasar agama kepada anak-anak memiliki peran yang krusial. Ia juga menegaskan bahwa sering kali guru pertama seseorang adalah orang tua sendiri.
"Menurut saya guru-guru kita itu adalah guru yang luar biasa. Guru yang sesungguhnya adalah orang-orang yang lebih dulu mengajarkan syahadat, shalat, bahkan kadang-kadang yang menjadi guru kita adalah bapak dan ibu kita," jabar kiai penerima gelar doktor honoris causa dari fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Jawa Tengah tersebut.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke Indonesia, Grand Syekh Al-Azhar mengungkapkan keinginannya untuk menghabiskan masa pensiunnya dengan mengajar hafalan Al-Qur'an kepada generasi muda Muslim, utamanya anak-anak.
"Cita-cita tertinggi saya, bila saya selesai (pensiun dari Al-Azhar) ingin membuka tempat menghafal Al-Qur'an. Saat saya pensiun, saya ingin menjadi guru mengaji, mengajarkan hafalan Al-Qur'an kepada anak-anak," ujar Syekh El-Tayeb saat mengunjungi Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) di South City, Tangerang Selatan pada Selasa (9/7/2024).
Sebagai informasi, Grand Syekh El-Tayeb melakukan kunjungan ke Indonesia selama empat hari, terhitung sejak 8 hingga 11 Juli 2024.
Dalam rangkaian kunjungannya tersebut, ia menghadiri Interfaith and Intercivilizational Reception yang digelar Rabu (10/7/2024) yang diinisiasi PBNU.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menyambut kedatangan Imam Akbar Al-Azhar, Grand Syekh Ahmad El-Tayeb. Gus Yahya menyampaikan kebanggaannya atas kunjungan Grand Syekh Al-Azhar ke Indonesia, bumi Ahlussunnah wal Jamaah.
"Yang Mulia Imam Akbar Al Azhar Syekh Ahmad El-Tayeb, selamat datang di Indonesia, negeri Ahlussunnah wal Jamaah," ujar Gus Yahya dalam sambutannya pada forum Interfaith and Intercivilizational Reception di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat pada Rabu (10/7/2024).