Gus Baha Sebut Kemenangan Permanen Umat Islam adalah Logika
Selasa, 5 Desember 2023 | 13:00 WIB
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha). (Foto: dok. istimewa)
Yogyakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menjelaskan bahwa kemenangan umat Islam yang bersifat permanen yaitu kemenangan logika. Khususnya dalam masalah akidah.
Hal tersebut disampaikannya saat acara ngaji bareng dengan tema 'meneladani khazanah tafsir Al-Qur'an di Indonesia' yang dilaksanakan di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Senin (4/12/2023) kemarin.
"Indonesia yang damai ini tidak lepas dari peran kitab-kitab yang ada di Indonesia seperti tafsir kemenangan. Di Tafsir Munir karya Syaikh Nawawi, kemenangan umat Islam itu adalah kemenangan logika. Alam raya dimulai dari satu Tuhan," jelasnya.
Ia menambahkan, dalam kitab Fathul Bari, syarah Shahihul Bukhari dijelaskan kemenangan umat Islam yaitu memiliki akidah yang secara akal itu nyaman. Seperti sesuatu yang ada karena ada yang mengadakan. Alam raya seluas ini tidak mungkin diciptakan tanpa sebab yang ada.
"Jadi walaupun Islam belum kuat di awal kemunculannya, tetapi sebenarnya Islam sudah menang secara hujjah. Islam membuat logika yang mudah dipahami banyak orang, kemudian orang tersebut mencintai Allah dan Rasul," imbuhnya.
Pakar tafsir asal Rembang ini mengatakan jika kemenangan umat Islam dalam perang, kemenangan bernegara, kemenangan di strata sosial itu tidak bersifat permanen. Buktinya Islam pernah kalah.
Zaman Nabi Muhammad masih hidup saja Islam pernah mengalami kalah di periode Makkah. Begitu juga di periode Madinah pernah mengalami kalah di peristiwa perang Uhud.
Namun, kalah secara sosial tidak punya banyak pengaruh dibandingkan kalah secara logika. Secara logika, dalam Islam diyakini bahwa alam ini dimulai dari satu Tuhan, wajibul ujud. Tentu lebih mudah dicerna logika manusia. Karena setiap barang yang ada, pasti ada yang mengadakannya. Yang mengadakan tentu lebih kuat dari yang ada tersebut.
"Artinya mungkin secara sosial umat Islam kalah, meskipun kita tidak ingin kalah. Namun, secara logika menang karena memiliki konsep yang diterima akal," katanya.
Dikatakan Gus Baha, dalam Tafsir Munir hal pertama yang dijelaskan oleh Syaikh Nawawi al-Jawi yaitu lafadz Bismillah, kenapa Al-Qur'an diawali dengan huruf 'Ba' dan huruf 'Ba' memiliki satu titik. Itu Allah seakan-akan mau memaklumatkan bahwa ketika seseorang mau gambar apa saja, baik jelek maupun bagus selalu dimulai dari satu titik.
Maka sebab itu, 'Ba' di sini menurut Syaikh Nawawi yaitu bi kaana maa kaana wa bi yakuunu ma yakuunu. Artinya dengan saya, kata Allah, yang ada menjadi ada dan yang mau ada, saya yang mengadakan. Unsur utamanya saya. Dilambangkan dengan titik.
Begitu juga angka satu juta, satu miliar bahkan triliunan dimulai dari angka satu. Semua dari cabang dari angka satu. Angka satu berawal dari satu titik juga.
"Andai kita meneladani tafsir yang ada di Indonesia, maka yang dikuatkan pertama adalah akidah. Masuk secara logika," ujarnya.
Oleh karenanya itu, Gus Baha meminta umat Islam tidak berkecil hati ketika kalah secara sosial seperti ketika kalah kaya dari selain Islam dan jadi buruhnya orang tidak salat. Karena dari sisi logika umat Islam menang.
Ketika orang Islam itu bekerja dan dipandang dari segi logika akidah Islam maka sebenarnya ia sedang melaksanakan perintah Allah untuk bekerja. Mencari rezeki dari jalan yang diizinkan Allah.
"Jadi jangan pakai ukuran ini (kalah sosial), sebenarnya Anda tidak perlu merasa kalah karena ketika Anda kerja dan mencari hal halal maka di sisi Allah tidak dipandang sebagai seorang buruh. Karena hakikatnya menjalankan perintah Allah mencari hal yang halal dan itu termasuk ibadah. Dulu Sayidina Ali pernah kerja dengan orang Yahudi," tandasnya.
Dalam acara tersebut, Gus Baha menyampaikan pemikiran-pemikiran bersama Prof Muhammad Quraish Shihab, mufassir terkemuka Indonesia.