Gus Muwafiq: Negosiasi dengan Kebudayaan, Cara Islam Masuk ke Nusantara
Kamis, 23 Desember 2021 | 06:15 WIB
Jakarta, NU Online
Penceramah kondang KH Ahmad Muwafiq atau yang kerap dipanggil Gus Muwafiq mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dengan cara negosiasi dengan budaya setempat. Hal ini disampaikan Gus Muwafiq dalam acara Pembukaan Bazar dan Pameran Muktamar ke-34 NU di Lapangan Saburai Enggal, Bandar Lampung, Selasa (21/12/2021) sore.
Gus Muwafiq kemudian menjelaskan perjalanan Islam di Nusantara. Dikatakan, Islam merupakan mata rantai dari agama Allah swt sebelum sampai kepada Rasulullah saw. Dan, mata rantai tersebut tidak boleh putus harus nyambung artinya Islam harus terus bergerak.
Namun persoalannya, ungkap Gus Muwafiq, ketika Islam datang bertemu dengan peradaban lain muncul beragam corak keislaman. Ia mencontohkan Kerajaan Salakanagara dipimpin raja Dewawarman yang berdiri pada tahun 400 Masehi sebelum Rasulullah saw lahir.
"Rasulullah saw dilahirkan di Makkah mengemban misi Islam dan harus menjangkau ke daerah yang jauh sementara itu daerah tersebut sudah punya sistem kehidupan dan peradaban masing-masing,” terangnya.
Gus Muwafiq kemudian menepis anggapan bahwa ketika Islam datang ke beberapa negara tidak pernah terjadi negosiasi. Pasalnya, selalu ada negosiasi budaya, politik bahkan negosiasi ketuhanan. Ia mencontohkan para wali dalam menyebarkan Islam kerap melakukan negosiasi dengan budaya setempat.
Lebih jauh Gus Muwafiq menyampaikan ketika Islam hadir dengan keanekaragamannya para wali memberlakukan konsep yang diajarkan Rasulullah yakni Kullukum ra’in wakullukum mas’ulinan raiyyatihi.
"Raiyyah ini konsep yang melindungi perbedaan agar tetap berjalan dan saling bertangung jawab oleh karena itu kaum Muslimin sebanyak apa pun harus saling memegang prinsip ini,” pesan Kiai asal Yogyakarta ini.
Indonesia merupakan satu-satunya bangsa Muslim di dunia yang sanggup menerapkan konsep raiyyah menjadi konsep kenegaraan dan itu dilakukan oleh para ulama. Karenanya, Gus Muwafiq berharap agar warga NU tidak melupakan sejarah para wali.
"Jangan lupakan para wali karena kita tidak punya apa-apa, tidak punya wilayah dan yang menciptakan wilayah adalah para wali. Lebih dari itu Nahdllatul Ulama secara tegas telah mengatakan kami adalah penerus para wali, Ini konsep besar,” tandasnya.
Koordinator: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan