Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya (tengah) saat mengisi seminar kebangsaan bertajuk Mencari Pemimpin Ideal untuk Aceh yang diadakan di Hotel Grand Aceh Syariah, Banda Aceh, Ahad lalu. (Foto: NU Online/Helmi)
Banda Aceh, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar PBNU, KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan bahwa Provinsi Aceh harus menjadi serambinya Indonesia. Aceh jangan hanya dikenal sebagai Serambi Mekkah, tetapi juga harus berfungsi sebagai pintu utama ekonomi Indonesia.
"Kenapa harus jadi serambi Indonesia? Karena Aceh berada di garis paling depan dan menjadi benteng sekaligus pintu utama ekonomi Indonesia," ungkap Gus Yahya saat berkunjung ke Banda Aceh untuk mengisi halaqah kebangsaan, Ahad lalu.
Ia menjelaskan, Aceh sejak dulu dikenal sebagai daerah modal. Keberadaan Aceh bisa menjadi lokomotif dan pintu utama ekonomi Indonesia.
Melihat dinamika ekonomi yang ada, kata Gus Yahya, warga Aceh untuk segera membuka diri. Arab Saudi bisa menjadi contoh, dari yang sebelumnya sangat tertutup kini mulai sadar dan membuka diri dalam dinamika internasional.
"Dulu, Saudi sangat menutup diri, warganya tidak bisa langsung dalam dinamika internasional. Tapi belakangan mereka sadar warganya akan kalah di tengah gelombang internasional. Sekarang mereka tergopoh-gopoh," ujar Gus Yahya.
Gus Yahya menyebutkan bahwa dulu Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pernah sangat ngotot untuk membangun pelabuhan terbuka di Sabang, Aceh.
Melihat realita sejarah dan perkembangannya, kata Gus Yahya, Aceh harus segera mengantisipasi. Jika gelombang besar ekonomi datang, maka dampaknya akan lebih serius dibandingkan Tsunami Aceh.
"Aceh saya kira harus berpikir antisipatif. Karena yang datang gelombang yang sangat kompleks dan Aceh harus siap menyambut itu. Aceh hanya bisa bertahan dan membangun keunggulannya ketika Aceh sungguh bisa berfungsi sebagai serambi Indonesia," ujarnya
Gus Yahya mengatakan tantangan ekonomi global yang akan dihadapi Indonesia semakin kompleks. Ekonomi mulai bergeser dan akan segera dikuasai oleh negara-negara yang berada di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
“Ekonomi nanti akan dirajai Samudra Pasifik dan Hindia. Karena nanti kita lihat frekuensi ekonomi segera meningkat, mulai Afrika, Timur Tengah, Indonesia dan sebagainya masuknya melalui Samudra Pasifik dan Hindia,” kata Gus Yahya.
Menurut Gus Yahya, masa depan ada di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Ia lantas bercerita ketika 2016 dirinya menjadi satu-satunya tokoh ormas yang diundang menjadi bagian dari komite Indo Pasifik di Inggris.
Pada saat itu, kata Gus Yahya, dinamika strategis Samudra Hindia dan Pasifik termasuk lalu lintas ekonomi mulai dibicarakan dengan serius oleh para diplomat senior yang ada di komite itu.
“Samudra Pasifik, ada persentuhan Filipina, Papua dan sebagainya. Tapi Samudra Hindia, kita tahu yang ada di garis paling depan adalah Aceh,” sebutnya.
Gus Yahya hadir ke Banda Aceh mengisi seminar kebangsaan bertajuk Mencari Pemimpin Ideal untuk Aceh yang diadakan di Hotel Grand Aceh Syariah, Banda Aceh. Kegitan tersebut terselenggara atas kerja sama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Aceh dengan PB-HUDA.