Gus Yahya: NU Didirikan atas Kesadaran Perubahan Dinamika Global
Senin, 17 April 2023 | 17:30 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf . (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengungkapkan bahwa inisiasi pendirian NU berdasarkan kesadaran akan perubahan tatanan peradaban di skala global.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) KH Yahya Cholil Staquf saat mengisi Lailatul Ijtima PCINU Maroko bertajuk Konsolidasi Jam’iyyah Menyongsong Abad Kedua Nahdlatul Ulama (NU) di Sekretariat PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Maroko, Rabat, Ahad (16/4/2023).
“NU ini beda. NU didirikan karena kesadaran akan perubahan peradaban di skala global yang terjadi pada waktu itu dengan runtuhnya Turki Ustmani. Tahun 1918 Turki Ustami kalah perang, lalu wilayahnya diduduki pemenang Perang Dunia 1 seperti Inggris dan Prancis. Nah, bergolaklah wilayah bekas Turki Ustmani,” jabar dia pada acara yang disiarkan melalui Live Instagram PCINU Maroko
Sementara Turki Ustmani runtuh, di belahan bumi lainnya yakni Hijaz, terjadi penaklukan oleh Raja Ibnu Saud pada tahun 1924-1925. Hal itu kemudian yang melandasi NU melalui pembentukan Komite Hijaz diketuai KH Abdul Wahab Chasbullah menemui Raja Ibnu Saud dan menyampaikan permohonan.
“Itulah inisiasi pendirian NU. Ini gagasan yang ambisius,” paparnya.
Agenda utama NU di abad kedua
Memasuki abad kedua, kini NU telah bersiap melebarkan kiprah melalui sejumlah agenda. Utamanya, agenda mendasar yang menjadi fokus utama jam’iyyah di abad baru.
Gus yahya menyebut sedikitnya terdapat dua agenda utama yang akan dijalankan. Pertama, penguatan konsolidasi untuk mengembangkan sistem dan tata laksana internal organisasi.
“Yang paling mendasar agenda permulaan abad kedua ini adalah konsolidasi tata laksana organisasi untuk menjadi lebih sistematis,” terang dia.
“Aset-asetnya, unit keorganisasiannya, lembaga-lembaga khidmahnya sudah besar sekali tapi sampai sekarang belum terkonsolidasi menjadi tata laksana yang organisasi yang sistematis,” imbuhnya.
Kedua, lanjut Gus Yahya, pengembangan visi internasional NU melalui agenda berskala global. Visi ini, kata dia, selaras dengan semangat awal pendirian NU.
“Ada yang khusus yang kita inisiasi di permulaan abad kedua ini, yaitu agenda internasional,” kata dia.
Ia menilai, gagasan tersebut bukan hal baru dari segi visi. Ini karena visi tersebut sudah dibawa dan menjadi bagian genetika kelahiran NU.
“Ini kita kembangkan bukan hanya sebagai gagasan saja tetapi sebagai strategi,” papar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.
Menurutnya, pendirian NU erat kaitannya dengan misi untuk memulai satu rintisan mencari konstruksi peradaban baru untuk dunia Islam oleh para ulama.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin