Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim menegaskan bahwa berlebih-lebihan dalam segala hal merupakan perilaku yang tidak disukai oleh Allah SWT. Pasalnya, perilaku berlebih-lebihan ialah kondisi di mana manusia lepas dari orbit kehambaan.
“Berlebihan dalam segala hal, alias kemoncolen, sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Kenapa? Karena ia pasti sedang lepas dari orbit kehambaan,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Selasa (9/4) lewat twitternya.
“Lalu meyakini bahwa Tuhan bisa diatur, bisa dinego, dan kalau perlu dijadikan simbol nafsunya. Melegitimasi hasrat rendahnya,” imbuh Direktur Sufi Center itu.
Sikap berlebih-lebihan ini kerap diungkapkan oleh KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus). Apalagi di zaman keterbukaan informasi di internet dan media sosial.
Dalam berbagai kesempatan, Gus Mus mengajak umat Islam untuk hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Termasuk menurutnya tidak boleh berlebih-lebihan dalam agama (ghuluw).
Menurut Gus Mus, berlebih-lebihan membuat manusia tidak adil sejak dari pikiran. Apalagi berlebih-lebihan dalam mencintai atau membenci.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang ini menjelaskan, jika orang membenci dengan berlebih-lebihan maka hilang akalnya. Apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh orang yang dibencinya akan selalu salah.
Hal ini bisa dilihat saat ini di media sosial banyak orang yang pintar namun tidak menggunakan akalnya sama sekali. Hilang semua akalnya bahkan saat diberi sesuatu yang obyektif juga tidak bisa menerima karena yang dilihat bukan apa yang dibicarakan tapi siapa yang berbicara. (Fathoni)