Jakarta, NU Online
Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Afifuddin Muhajir menegaskan, tak dimungkiri, peran NU sangat besar dalam mengawal toleransi kehidupan majemuk masyarakat Indonesia.
Namun, Kiai Afif mengatakan bahwa ada tiga peran penting yang dimainkan oleh NU selama ini. Yakni, NU sebagai benteng Ahlussunnah wal Jamaah, NU sebagai pengawal moral bangsa Indonesia, dan NU sebagai penyangga NKRI.
"Tak sedikit orang mengatakan sepanjang NU masih eksis kita yakin bahwa NKRI akan bertahan sampai hari kiamat," kata Kiai Afif dikutip NU Online dalam tayangan di kanal Petiga TV, Selasa (21/3/2023).
Pernyataan itu, menurut dia, lantaran NU diyakini sebagai organisasi yang memiliki nilai kesakralan luar biasa dari para pendirinya. "NU merupakan organisasi sakral karena didirikan oleh manusia-manusia sakral," ujarnya.
Kemurnian yang ia maksud lahir dari niat tulus para auliya, yang secara harfiah dijabarkan sebagai orang-orang dengan tingkat spiritualitas tinggi. Dan, didorong oleh kompetensi kuat dari ulama, sebagai individu yang memiliki intelektualitas yang mumpuni.
"Akan tetapi, seringkali kita temukan (di-NU), yang auliya juga ulama, yang ulama juga auliya," terang Wakil Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo, Jawa Timur, ini.
Ia mengungkapkan bahwa kesakralan NU adalah cerminan keteladanan seorang santri kepada kiai yang mesti dijaga dan dipelihara oleh para pengikutnya.
Sepeti diketahui, suatu ketika KH Abdul Wahab Chasbullah mengusulkan kepada gurunya, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari, untuk mendirikan sebuah organisasi baru bernama NU. Hadratussyekh tidak langsung menerima atau menolak usulan Kiai Wahab itu, dia kemudian menyampaikan usulan itu kepada gurunya, KH Kholil Bangkalan.
"Padahal, para pendiri NU adalah mereka yang mengasuh pondok pesantren, yang terkenal dengan kealimannya. Tetapi, mereka tidak lantas mendirikan NU tanpa restu dari konsultan spiritualnya, yakni Syaikhona Kholil Bangkalan," jelas Kiai Afif.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kesakralan NU tidak semata-mata bertumpu pada kemampuan finansial dan kecerdasan intelektual, akan tetapi didukung oleh kecerdasan spiritual.
"Inilah kunci dari kesakralan NU," kata Kiai Afif menandaskan.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan