Nasional

Kiai Husein Mojokerto: Fir'aun bukan Kafir, Tapi Mukmin yang Su'ul Khatimah

Kamis, 1 September 2022 | 05:30 WIB

Kiai Husein Mojokerto: Fir'aun bukan Kafir, Tapi Mukmin yang Su'ul Khatimah

Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Kiai Husein Ilyas. (Foto: YouTube NU Online)

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, Kiai Husein Ilyas, meluruskan kebenaran kisah Raja Fir'aun yang dianggap kafir. Ternyata, Fir’aun merupakan hamba yang mukmin dan muslim. Sayangnya, ia mati su’ul khatimah.


“Kata Fir artinya menjauh, 'aun artinya pertolongan Gusti Allah swt. Manusia yang tidak mau ditolong oleh Allah disebut Fir'aun. Kalau dilihat dari Al-Qur'an apakah Fir'aun kafir? Jawabannya tidak,” ungkap Kiai Husein dalam tayangan YouTube NU Online, Selasa (30/8/2022).


Pengasuh Pesantren Al Misbhar, Karangnongko, Mojokerto itu menuturkan, Fir'aun itu orang mukmin-muslim yang matinya su'ul khatimah. Ketika dia hendak tenggelam mengucapkan aamantu (saya beriman). Tapi, tidak diteruskan sampai annahu laailaaha illaa banii israail wa ana minal muslimin, karena Malaikat Jibril tidak rela jika Fir'aun menjadi muslim.


“Makanya Fir'aun ditenggelamkan di laut Merah, dimasukkan air dan pasir ke mulutnya sehingga dia tidak bisa meneruskan kalimat tersebut. Fir'aun itu manusia biasa. Tapi, memiliki kekuatan karena bertapa selama 40 tahun,” ungkapnya.


Kiai Husein melanjutkan, ketika itu Malaikat Jibril diperintah oleh Allah swt untuk menemui Fir'aun yang sedang bertapa. Jibril menyampaikan bahwa Allah memberi rahmat kepada Fir'aun dan mengampuni dosa-dosanya, serta menjadikannya ahli surga.


“Malaikat Jibril berkata kepada Fir'aun, berbahagialah kamu. Kamu dikasihi Allah, dijadikan ahli surga. Lalu, Fir'aun menjawab bahwa dia tidak ingin surga. Tidak masalah jika masuk neraka. Penting hidup di dunia segala sesuatu yang diinginkan tercapai, seperti panjang umur dan tidak pernah sakit sama sekali,” jelas Kiai Husein.


Lalu, lanjutnya, Fir'aun diberikan oleh Allah keistimewaan, yaitu tidak ada yang berani kepadanya. Suatu hari, Fir'aun bertanya kepada gurunya. ‘Guru, aku sudah seperti ini, tidak ada yang berani. Kira-kira apakah ada yang bisa mengalahkan aku?’


Lalu, gurunya menjawab, “Fir'aun, meskipun kamu tidak ada yang bisa mengalahkan, tapi kamu harus berhati-hati. Musuhmu masih jauh di langit, di bintang surya.


Fir'aun pun bingung, kapan musuhnya itu turun. Sang guru menjawab belum tahu. Nanti kalau sudah turun akan diberikan kabar. Jika bintang surya sudah turun maka musuh Fir'aun sudah turun ke jagad raya.


Saat bintang surya sudah turun, lalu Fir'aun bertanya kepada sang guru apakah musuhnya sudah turun. Gurunya menjawab, musuhmu sekarang sudah turun ke jagad raya, bertempat pada seorang laki-laki dewasa.


Bayi di laut
Kemudian, lanjut Kiai Husein, Fir'aun membuat kebijakan untuk setiap orang yang hamil harus ditunggui. Ketika bayi yang dilahirkan itu lelaki, maka harus dibunuh.


Ternyata Allah memberi kehamilan kepada seorang wanita. Kehamilannya tidak terlihat seperti orang hamil yang perutnya besar. Ketika lahir, bayi tersebut tumbuh sangat cepat. Baru sebentar sudah bisa merangkak, sehingga bapak ibunya merasa bingung.


“Ketika tantara Fir’aun ronda keliling, mereka bingung bayinya disembunyikan di mana. Lalu, bapak ibu itu berunding untuk menitipkan bayinya ke laut. Menurut mereka jika anak ini pilihan, maka tidak akan mati. Hingga menangislah bapak ibu tersebut melepaskan anaknya,” tutur Kiai Husein.


“Lalu, bayi itu merangkak di laut. Keesokan harinya, bayi tersebut ditemukan oleh seorang nelayan. Lalu, petugas istana mendengar bahwa ada bayi yang ditemukan di laut. Akhirnya dimintalah bayi tersebut dari tangan nelayan,” sambungnya.


Kiai Husein mengungkapkan, ketika melihat bayi tersebut Fir'aun terkagum-kagum dengan kegagahan bayi tersebut, terlihat imut dan menggemaskan. Ketika Fir'aun menggendong bayi tersebut tiba-tiba bayi itu memukulnya sampai pingsan. Sampai suatu ketika Fir'aun ingin memukul bayi tersebut saat tertidur.


“Kemudian istri Fir'aun bilang, jangan sekali-kali kamu sembrono dengan anak itu. Anak itu ditemukan di laut, kalau kamu memukulnya kamu akan mati tenggelam di laut. Jadi, ketika Fir'aun sedang sakit hati saat diganggu bayi tersebut, maka Fir'aun selalu diingatkan oleh istrinya,” pungkas Kiai Husein.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori