Kritik Gus Yahya kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron
Sabtu, 31 Oktober 2020 | 03:30 WIB
Jakarta, NU Online
Presiden Prancis Emmanuel Macron tengah mendapat sorotan dan kecaman banyak pihak terkait pernyataannya yang mengatakan “Islam dalam krisis”. Ia juga membela hak majalah satire Charlie Hebdo yang membuat kartun Nabi Muhammad. Padahal, di kalangan umat Islam, visualisasi Nabi Muhammad merupakan hal sensitif bahkan bisa dianggap penistaan dan penghinaan.
Menurut salah seorang tokoh diplomasi internasional, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), persoalan yang mencuat saat ini ialah Macron menyikapi masalah yang terjadi dari perspektif "ideologi sekularisme ekstrem" Prancis yang cenderung memandang agama hanya sebagai sumber masalah dan tantangan ideologis yang harus dikalahkan.
"Pandangan sepihak ini disesalkan tidak hanya oleh kalangan Islam tetapi juga oleh kalangan Kristen dan Yahudi," kata Gus Yahya seperti dikutip South China Morning Post, Rabu lalu.
Baca juga: Serang Islam, Dunia Islam Kecam Presiden Prancis
Katib Aam PBNU ini menjelaskan bahwa Macron tidak sepenuhnya salah dalam menyatakan dunia Islam sedang dalam krisis.
Karena dalam pandangan Gus Yahya, krisisnya ialah bahwa dunia Islam belum sampai pada konstruksi religius dan sosial politik yang dibutuhkan untuk berintegrasi secara harmonis dengan dunia seluruhnya.
Komentar Macron muncul setelah pembunuhan brutal terhadap Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan gambar nabi kepada murid-muridnya selama diskusi tentang kebebasan berbicara.
Tragedi yang berawal dari peristiwa pemenggalan kepala Samuel Paty itu seakan terus berdampak buruk dan menelan korban jiwa. Dua Muslimah di Prancis mengalami luka-luka setelah ditikam ketika keduanya sedang berjalan-jalan di Taman Menara Eiffel, Paris.
Baca juga: Kecam Presiden Prancis, Indonesia: Menghina Islam, Melukai Dua Miliar Muslim Dunia
Kejadian itu dilaporkan terjadi pada Ahad (18/10) malam waktu setempat, atau dua hari setelah kasus menimpa Samuel Paty.
Belum juga luka tersebut reda, pada Kamis (29/10) Pemerintah Prancis melaporkan terjadi penusukan di Gereja Notre-Dam yang menewaskan tiga orang. Pelaku penyerangan di gereja Notre-Dame telah ditangkap. Belum disebutkan identitas pelaku. Belum juga diketahui apa motif serangan di Nice atau apakah ada kaitannya dengan kartun Nabi Muhammad.
Gus Yahya mendesak umat Islam, khususnya di Indonesia untuk mengatasi masalah ini dengan tenang "dan tidak menuruti emosi".
Baca juga: Penghinaan atas Nabi di Mata Warga Prancis
Ia mengatakan apa yang sebenarnya dihadapi umat Islam bukan hanya mereka yang menghina Islam, tetapi kebutuhan seluruh umat manusia dari berbagai latar belakang dan keyakinan untuk menemukan landasan bagi integrasi global yang harmonis.
Gus Yahya yang merupakan pendukung terkemuka koeksistensi antaragama, mengatakan bahwa ini hanya dapat dicapai melalui "dialog yang tenang".
"Umat Islam seharusnya tidak mengikuti mereka yang menggunakan Islam dan masalah kartun Nabi sebagai senjata politik untuk mendapatkan keuntungan politik eksklusif dan sepihak atau dengan sengaja memicu konflik untuk menghancurkan lawan politik," kata Gus Yahya.
Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Muchlishon