Lesbumi NU Punya 7 Strategi Kebudayaan untuk Hadapi Tantangan Global
Selasa, 18 Februari 2020 | 13:00 WIB
Ketua Lembaga Seni Budaya Nahdlatul Ulama (Lesbumi) PBNU KH Agus Sunyoto mengatakan, pada saat ini umat Islam Indonesia, khususnya warga NU menghadapi dua gelombang tantangan kebudayaan besar, dari barat dan timur.
“Jadi, di dalam pewayangan ada yang disebut trwiwikrama, tiga kekuatan, karena hari ini yang dihadapi adalah kekuatan besar, jadi harus tujuh, saptawikrama, tujuh kekuatan muncul. Yang kita hadapi luar biasa besar harus tujuh kekuatan,” jelasnya pada pembukaan kaderisasi Lesbumi pertama bernama Asrama Saptawikrama (Astawikrama) di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (17/2).
Untuk memperkuat kinerja, lanjut Pengasuh Pondok Pesantren Global Tarbiyatul Arifin Malang ini, Lesbumi PBNU mengadakan kaderisasi melalui Asrama Saptawikrama (Astawikrama) untuk pertama kalinya.
Kaderisasi Lesbumi pertama tersebut dibuka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, diikuti pengurus wilayah dan cabang dari Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung.
1. Menghimpun dan mengosolidasi gerakan yang berbasis adat istiadat, tradisi dan budaya Nusantara.
2. Mengembangkan model pendidikan sufistik (tarbiyah wa ta’lim) yang berkaitan erat dengan realitas di tiap satuan pendidikan, terutama yang dikelola lembaga pendidikan formal (ma’arif) dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).
3. Membangun wacana independen dalam memaknai kearifan lokal dan budaya Islam Nusantara secara ontologis dan epistemologis keilmuan.
4. Menggalang kekuatan bersama sebagai anak bangsa yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika untuk merajut kembali peradaban Maritim Nusantara.
5. Menghidupkan kembali seni budaya yang beragam dalam ranah Bhnineka Tunggal Ika berdasarkan nilai kerukunan, kedamaian, toleransi, empati, gotong royong, dan keunggulan dalam seni, budaya dan ilmu pengetahuan.
6. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan gerakan Islam Nusantara.
7. Mengutamakan prinsip juang berdikari sebagai identitas bangsa untuk menghadapi tantangan global.
Editor: Fathoni Ahmad