Jakarta, NU Online
Budayawan Zastrow Al-Ngatawi mengatakan posisi Nahdlatul Ulama (NU) sekarang dalam pusaran globalisasi adalah berada di tengah-tengah liberalisme dan radikalisme agama.
"Liberalisme sebagai anak kandung dari itu apa kemenangan kapitalisme itu, terus kemudian radikalisme sebetulnya kalau ditarik ujungnya secara geopolitik itu sama. Keduanya mengepung NU," kata Zastrow Al-Ngatawi pada tayangan Road to Muktamar Ke-34 NU Seri 3: NU dan Tantangan Penyediaan Kerja Profesional diakses Rabu (21/12/2021).
Ia menceritakan bahwa terjadinya proses reformasi, kasus Aceh, kasus Timor Timur tidak bisa lepas dari Perang Dunia Kedua. Ia menceritakan bahwa Morotai saat itu menjadi pusat kekuatan strategis dari Sekutu, dan Sabang juga menjadi kekuatan strategis untuk mengontrol Asia Tengah.
"NU sebagai penjaga, saya mengatakan penjaga karena dari awal tadi saya menyebutkan bahwa NKRI lahir dari ijtihad kebudayaan, ijtihad Aswaja ya, Nusantara. Dari situlah lahir yang namanya reformasi. Nah dalam reformasi telah terjadi proses revolusi kebudayaan disadari apa tidak," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa terjadinya revolusi kebudayaan di Indonesia yaitu adanya perubahan-perubahan yang secara cepat, yaitu perubahan dari masyarakat komunal ke masyarakat individual.
"Itu kita rasakan sekarang ini itu. Terus kemudian perubahan dari sistem kerja sama menjadi sistem persaingan, itu kompetisi menjadi sangat sehat. Meskipun sekarang ada kecenderungan kolaboratif, tetapi apa orientasi individu belum bisa hilang. Kemudian pergeseran dari kebangsaan menjadi orientasi serta universal atau asing," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa dampak dari reformasi itu sisi lainnya adalah pertama liberalisme ekonomi dan perdagangan, kedua liberalisasi politik, ketiga liberalisasi kebudayaan.
"Liberalisasi kebudayaan bisa dilihat dari proses komersialisasi pendidikan, liberalisasi keluarga, seni yang bebas sehingga BTS bisa menimbulkan masa fanatik di Indonesia dengan kelompok Armynya itu, dan lain sebagainya. Jadi ini dampak dari reformasi yang terjadi di Indonesia," ujarnya.
Kemudian dampak reformasi berikutnya adalah pada sisi yang lain, terjadinya penggerusan ideologi, terjadi disorientasi pemikiran, terjadi disintegrasi sosial, terjadi disabilitas politik, terjadi krisis ekonomi
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan