Hari kedua di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Tim Ekspedisi Islam Nusantara sowan ke Pondok Pesantren Langitan. Tim diterima lurah pesantren, Mustaqim, kemudian diantar ke sebuah ruangan. Di situ telah menunggu salah seorang kiai di pondok pesantren tersebut, KH Adib Rohman.
Pada bincang-bincang dengan Tim Ekpedisi Islam Nusantara, kiai yang akrab disapa Gus Adib, tersebut menjelaskan bahwa pendiri NU Hadrotusyekh KH Hasyim Asy’ari pernah nyantri di Langitan.
“Ngaji Alfiyahnya dan khatamnya di sini. Beliau merupakan adik kelasnya Syaikhonan Kholil Bangkalan di sini,” terangnya Ahad (10/4).
Pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari, menghabiskan 3 tahun di pondok pesantren tersebut pada akhir tahun 1900-an. Ia sempat berteman selama 6 bulan dengan Syaikhona di pesantren tersebut. Karena penasaran akan ilmu Syaikhona, Kiai Hasyim di lain waktu berguru ke Bangkalan.
Menurut Gus Adib, Kiai Hasyim tinggal di kamar nomor 9 di asrama Al-Maliki. Kamar tersebut sebagaimana amanat pengasuh pesantren sebelumnya, sampai kini tidak pernah dipugar. Hanya ada beberapa perbaikan saja jika ada yang rusak atau pengecatan.
Di asrama tersebut pula, lanjut dia, orang tua tokoh-tokoh NU tinggal selama di pesantren tersebut seperti KH Syamsul Arifin (ayah KH As’ad Syamsul Arifin), KH Shidiq (ayah KH Ahmad Shidiq), KH Wahab Hasbullah.
Kemudian Tim Ekspedisi Islam Nusantara diajak melihat ke kamar no 9 tersebut. Ternyata ukuran luasnya tidak lebih dari 3 X 3 meter dengan tinggi 2,5 meter.
Menurut lurah santri Langitan, Mustaqim, sebelumnya kamar tersebut dikosongkan dan dikunci. Tidak ada yang boleh masuk. Tapi kemudian dibuka untuk santri dengan syarat mau bertirakat dan rajin mengaji. “Kalau tidak tirakat dan rajin, santri akan dikeluarkan di kamar tersebut,” jelasnya.
Saat ini, meski ruangannya sempit, kamar nomor 9 tersebut diisi 10 orang santri dengan berbagai perlengkapan mereka seperti kitab-kitab, buku, dan pakaian. Mereka mendapat kesempatan istimewa di antara 5000 santri lain.
Pesantren Langitan didirikan oleh KH Muhammad Nur pada tahun 1852. Ia merupakan salah seorang keturunan Sunan Ampel. (Abdullah Alawi)