Nasional

Menggunakan Drama Sebagai Model Inovasi di Dunia Pendidikan

Selasa, 23 April 2019 | 04:56 WIB

Jakarta, NU Online
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UIN Jakarta menggelar seminar nasional bertajuk “Pembelajaran Multidisipliner Berbasis Drama sebagai Inovasi Pendidikan di Era Revolusi 4.0” yang digelar di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta, Ciputat – Tangerang Selatan (22/04).

Acara ini merupakan bagian dari acara tahunan Pekan Apresiasi Sastra dan Drama ke-4 (Pestarama#4) yang merupakan bentuk apresiasi bagi pegiat sastra khususnya bidang drama. Bedanya, tahun ini, Pestarama#4 mengangkat tema “Napak Tilas Danarto” sebagai bentuk apresiasi kepada almarhum Danarto. 

Dalam rilis yang diterima NU Online, seminar ditujukan untuk menjawab perkembangan zaman di era revolusi 4.0, di mana masyarakat semakin tergantung pada teknologi. Sayangnya, perkembangan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat terkadang tidak diimbangi oleh kesiapan  masyarakat sendiri yang pada akhirnya membawa orientasi ke arah yang negatif dan merugikan. 

Pendiri Teater Koma N Riantiarno yang hadir sebagai salah seorang narasumber mengungkapkan program-program televisi banyak berdampak pada semakin termarjinalkannya budaya-budaya lokal, termasuk sastra dan dramanya. “Bahwa budaya lokal, budaya Indonesia, terlebih tentang bahasa semakin tergerus dan ditinggalkan karena modernisasi” ujar dia. 

Pembicara lain, Kepada Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Hurip Danu Ismadi menyinggung kemungkinan drama tidak sebatas seni berperan. Namun ia juga bisa menjadi sarana lain untuk mengeksplor imajinasi. Menurut dia, pada dasarnya, esensi pendidikan bisa disampaikan dengan berbagai cara yang menarik tanpa mengurangi nilai pendidikan itu sendiri. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Fahriany. Apalagi jika mengingat karakter millenial yang cenderung menolak hal-hal yang membosankan. Hal demikian, lanjut dia juga terjadi dalam proses pembelajaran. Sehingga inovasi-inovasi baru harus dimunculkan, termasuk melalui sarana drama dalam berbagai mata pelajaran.

Seminar itu berkesimpulan bahwa, drama merupakan cara pandang hidup, cara berpikir yang dituangkan lewat sebuah sandiwara secara tidak langsung memberikan komunikasi pembelajaran lewat isi dan amanat yang ingin disampaikan. 

Pokok-pokok ide yang dituangkan dalam sebuah drama dapat membentuk identitas, mentalitas, sehingga mampu meneguhkan masyarakat tetap dalam jati dirinya untuk tidak ikut tergerus arus modernisasi di era revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, tenaga pengajar bisa memanfaatkan drama sebagai sarana pembelajaran. 

Seminar ini dihadiri para pejabat kampus antara lain, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Zulkifli, Dekan FITK UIN Jakarta Sururin dan Kaprodi PBSI, Makyun Subuki. Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 hingga 13.00 Wib ini dihadiri sekitar 300 peserta. Para peserta tidak PBSI saja, namun juga berasal dari Universitas Negeri Padang (UNP), IAIN Tulungagung, dan Unindra. (Muhammad Teguh Saputro/Ahmad Rozali)


Terkait