Surabaya, NU Online
Munculnya gerakan Islam militan yang aktif mendemonstrasikan menuntut penerapan syariah dan menggelar aksi kekerasan bahkan jihad adalah tantangan yang nyata bagi Nahdlatul Ulama (NU).<>
“Dinamika baru gerakan Islam di Indonesia memperlihatkan persinggungan yang semakin kompleks antara agama dengan persoalan sosiologis, politik, geo-strategis, ekonomi dan lainnya yang berkembang sebagai konsekuensi modernisasi dan globalisasi,” kata DR Noorhaidi Hasan saat dihubungi NU Online (25/5). Perbincangan ini sebagai bagian dari refleksi 90 tahun berdirinya NU sesuai dengan kelender hijriyah, yakni 16 Rajab 1344 H.
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menandaskan bahwa ideology dan gerakan yang berwajah transnasional semisal Hizbut Tahrir Indonesia, Laskar Jihad dan Jamaah Islamiyah bermunculan menandai dinamika baru gerakan Islam di Indonesia.
“Mereka aktif mengkampanyekan ekslusivitas, militansi, radikalisme, dan bahkan kekerasan di ruang public yang emakin terbuka,” katanya.
“Tak kalah penting, gerakan-gerakan ini juga mengancam eksistensi gerakan Islam arus utama di tanah air, terutama NU yang terkenal dengan doktrin ahlussunnah wal jamaah atau Aswaja-nya,” lanjutnya.
Melihat tantangan gerakan Islam transnasional terhadap eksistensi gerakan Islam arus utama di Indonesia yang dikenal ramah dan mencintai perdamaian, maka sudah saatnya NU tampil lebih dominan.
“NU harus bisamengkonsolidasikan diri dan jamaahnya dalam upaya mengembangkan syiar Islam sebagai agama pembawa rahmat bagi sekalian alam atau rahmatan lil’alamin,” terangnya.
Disamping itu, NU harus memantapkan pengalaman pilar-pilarajarannya yang terangkum dalam doktri Aswaja sebagai mekanisme kultural dan daya tolak social atau social resilience yang berakar di masyarakat untuk melawan pengaruh gerakan Islam transnasional yangdapat membahayakan keutuhan NKRI.
“Hanya dengan cara inilah NU dapat melindungi jamaah, terutama kaum mudanya dari kesalahan mengambil jalan sebagai akibat persentuhan mereka yang semakin intens dengan perubahan sosial dan globalisasi,” pungkasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Syaifullah