Nasional

NU Ajukan Grasi ke Presiden untuk Petani Surokonto Wetan

Rabu, 25 April 2018 | 11:45 WIB

NU Ajukan Grasi ke Presiden untuk Petani Surokonto Wetan

Ketua PBNU KH Imam Azis

Jakarta, NU Online  
NU turut serta dalam membela para petani Surokonto Wetan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang dua di antaranya kini telah berada dipenjara. Ketua PBNU KH Imam Azis, Selasa (25/4) akan mengajukan grasi untuk dua petani tersebut dengan menemui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Yasonna Hamonangan Laoly.

PBNU tidak sendirian, ada beberapa lembaga yang turut serta, diantaranya YLBHI, LAKPESDAM PBNU, LBH Semarang, WALHI, Sajogyo Institute, FNKSDA, Keuskupan Agung Semarang, Pelita Semarang, Jaringan Gusdurian. 

Dua petani yang akan dibela tersebut adalah Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin. Keduanya, menurut  Ketua Bidang Advokasi YLBHI, Muhammad Isnur, adalah petani miskin di Surokonto Wetan. Ia saat ini telah divonis penjara 8 (delapan) dan denda Rp. 10 Miliar. 

Padahal kata Isnur, kedua petani itu memperjuangkan hak atas tanah yang dikelola oleh masyarakat sejak tahun 1970. 

“Kami akan mengajukan Permohonan grasi Kepada Presiden Republik Indonesia, putusan tersebut tidak adil dan tidak berperikemanusiaan,” tegasnya, di Gedung PBNU, Jakarta. 

Menurut Isnur, kedua Petani tersebut dituduh merambah hutan dengan Pasal 94 ayat (1) huruf a UU 18/2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan di wilayah yang awalnya adalah wilayah garapan masyarakat Desa Surokontowetan, tetapi dijadikan hutan karena tukar guling dengan wilayah pembangunan pabrik semen di Kabupaten Rembang – Jawa Tengah. 

“Perbuatan tersebut tidak berdasar dan tidak terdapat alat bukti yang cukup,” katanya. 

Kiai Imam Azis berharap upaya pengajuan grasi itu akan diterima Presiden Joko Widodo. Karena kasus ini menyangkut rasa kemanusiaan, tidak membahayakan negara seperti narkoba, seharusnya Presiden mengabulkan grasi.  

Lebih lanjut, NU selalau berupaya membela warga yang lemah ketika berhadapat dengan korporasi dan atau bahkan negara. NU mementingkan yang lemah terlebih dahulu sebelum yang lemah ini mempunyai jaminan hidup yang layak. 

“Selama ini NU komitmen kuat membela lemah,” katanya. (Abdullah Alawi)


Terkait