PBNU Dorong Aparat Tangkap Pengikut ISIS yang Pulang Kampung
Jumat, 13 Maret 2015 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mendorong aparat keamanan untuk mewaspadai atau menangkap para pengikut ISIS yang pulang ke Indonesia setelah ikut berperang di Suriah dan Irak karena bisa menimbulkan persoalan keamanan di kemudian hari.
<>
“Jelas, mereka pulang habis bergabung dengan teroris, ya sama dengan teroris. Sebaiknya aparat keamanan menangkap mereka daripada menimbulkan masalah di kemudian hari,” katanya.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkirakan lebih dari 500 warga negara Indonesia ikut bergabung dengan ISIS. Selain masalah kesamaan ideologi, Said Aqil menengarai, orang-orang Indonesia yang ikut bergabung dengan ISIS karena iming-iming gaji yang sangat besar yang bisa mencapai 40 juta per bulan.
Kang Said juga menyesalkan penghancuran situs-situs sejarah yang tak ternilai harganya. Ia menjelaskan, pada pada zaman jahiliyah, berhala memang disembah. Saat ini, tidak ada yang menyembah patung. Peninggalan yang ada sekarang merupakan cagar budaya. “Yang menghancurkannya tidak baik, tidak menghargai karya orang terdahulu,” tegasnya.
Budaya, menurutnya adalah kreatifitas yang positif, manusia diberi perangkat akal, rasa, agar berkreasi dalam bentuk seni. Ini merupakan ekspresi keindahan kreatifitas manusia.
ISIS dan kelompok Islam radikal lainnya, kata Kang Said yang juga ketua dewan penasehat BNPT ini telah berhasil mencitrakan Islam sebagai agama teroris yang keji dan tidak berperikemanusiaan. Ditegaskannya, Rasulullah memiliki banyak pengikut karena mengajarkan bahwa Islam merupakan agama yang santun dan baik, bukan agama kekerasan.
Kiai Said yang menyelesaikan doktornya di Universitas Ummul Qura Makkah ini menjelaskan larangan penggunaan kekerasan dalam berdakwah dalam ayat “La ikhora fiddin...,” dalam surat Al Baqarah ayat 256 yang melarang memaksakan memaksakan agama Islam kepada orang lain. Asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat ini adalah ketika ada seorang Arab yang sudah masuk Islam, lalu mengancam anaknya yang tidak mau masuk Islam.
“Ini ayah terhadap anaknya tidak boleh melakukan intimidasi atau teror, apalagi terhadap yang lain,” tegasnya.
Ia menambahkan, ISIS yang merupakan pengikut Khawarij, yaitu kelompok yang suka mengkafirkan orang lain dan menggunakan cara-cara kekerasan memang dari dulu sangat pandai dalam membuat propaganda manis sehingga banyak orang terbujuk. Jika dulu mereka hanya bisa menyampaikan pandangannya dalam forum-forum diskusi, kini mereka mampu menyebarluaskan ajarannya lewat sosial media yang menjangkau seluruh dunia.
“Jadi orang khawarij itu perilaku pribadinya lempeng-lempeng, ibadahnya kenceng, jidatnya sampai item. Tapi sayangnya, menganggap yang lain kafir. Mereka ekskusif.”
Apa yang terjadi saat ini merupakan musibah besar di era globalisasi, “Islam jatuh serendah-rendahnya akibat sekelompok umat Islam yang perbuatannya bertentangan dengan ajaran umat Islam.” (mukafi niam)