Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Sekjen Rabithah Alam Islami Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Issa terlibat perbincangan soal Islam dan perdamaian dunia hari ini di Gedung PBNU, Jakarta, Kamis (27/2) siang. (Foto: NU Online/Witno)
Tidak hanya silaturahim, PBNU juga membuka dialog bersama Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Syekh al-Issa dengan tema Islam Risalah Kebudayaan dan Peradaban di Aula Lantai 8.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said menyampaikan bahwa NU sebagai sebuah organisasi berdiri atas dua fondasi, yakni toleransi dan moderatisme.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini juga mengatakan bahwa tujuan didirikannya NU adalah guna memperkuat persaudaraan sesama Muslim, sebangsa, dan juga antarumat manusia.
“Tujuan yang diharapkan ada tiga, yakni penguatan persaudaraan Islam, penguatan persaudaraan kebangsaan, dan penguatan persaudaraan kemanusiaan,” katanya.
Oleh karena itu, NU sejak dulu menetapkan bahwa seluruh warga negara adalah saudara, bukan musuh yang harus diperangi. Mereka tetap dihormati meskipun berbeda kepercayaan, suku, budaya, maupun bahasanya.
Tak ayal, perbedaan kepercayaan dan keyakinan yang begitu kompleks itu tidak membuat masyarakat Indonesia bermusuhan, tetapi justru hidup dalam biduk keharmonisan.
Diskusi ini juga dihadiri oleh Rais Syuriyah PBNU KH Zaki Mubarok, Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Wakil Ketua Umum PBNU Mohammad Maksoem Machfudz, Ketua PBNU H Robikin Emhas, Ketua PBNU H Eman Suryaman, dan Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini.
Pewarta: Syakir NF