Nasional

Pelukis Nabila Dewi Gayatri Hadirkan Pameran Tunggal Drawing 'Owah Gingsir' di Surabaya

Selasa, 17 Oktober 2023 | 09:30 WIB

Pelukis Nabila Dewi Gayatri Hadirkan Pameran Tunggal Drawing 'Owah Gingsir' di Surabaya

Salah satu lukisan Nabila Dewi Gayatri yang bakal dipamerkan pada Pameran Tunggal 39 Lukisan drawing karyanya di Surabaya, Jawa Timur, 18-23 Oktober 2023. (Foto: dok Nabila Dewi Gayatri)

Surabaya, NU Online
Pelukis Nabila Dewi Gayatri menggelar Pameran Tunggal 39 Lukisan drawing karyanya di Surabaya, Jawa Timur, 18-23 Oktober 2023. Pameran yang akan berlangsung di Gedung DKS dan Galeri Merah Putih, Balai Pemuda Surabaya itu diberi judul Owah Gingsir sebagai rangkaian Hari Santri 2023.


Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, Prof KH Ali Maschan Moesa dijadwalkan membuka pameran pada Rabu (18/10/2023) pukul 16.00 WIB di galeri yang terletak di Jalan Gubernur Suryo Surabaya itu.

 

Nabila menamai tema pamerannya Owah Gingsir sebagai sebuah perenungan jiwa seni yang bergerak dari garis dan arsir menggambar zaman. Baginya, karya goresan yang dipamerkan ini adalah perenungan yang mendalam tentang situasi dan keadaan diri pribadi maupun lingkungan sekeliling, berupa endapan rasa, atau pun keintiman privat tentang perjalanan dunia spiritual. 

 

Dari permenungan itulah, lanjutnya, setiap berkarya dalam suasana hening saya, banyak menemu gambaran yang berlintas, tak berbatas dalam imaji. "Situasi ini kemudian saya olah sesuai dengan kebutuhan berkarya yang tidak bisa tergesa-gesa," tegasnya kepada NU Onine, Senin (16/10/2023).

 

Nabila lantas merangkainya satu persatu, mengalir dan beriak bersama nglangut hati yang sahaja, hingga lahirlah karya autokritik tentang keyakinan yang salah arah, ada juga lukisan yang bicara tentang socioculture dengan perubahan yang demikian cepatnya. Untuk merangkum semua itu dia memilih judul pameran drawing kali ini Owah Gingsir yang kurang lebihnya berarti perubahan.

 

"Saya menyadari betapa dinamika perubahan zaman terjadi silih berganti mewarnai dunia. Karenanya dari gambar-gambar, saya ingin memberi tanda, mencatat peristiwa-peristiwa lewat bahasa visual garis dan arsir," tukasnya.

 

Goresan-goresan ini dia susun menjadi semacam kaleidoskop jangka zaman, Setidaknya begitulah peran seniman. Jika ada pujangga yang mencatat dan menulis lewat karya sastra, maka dia menganggap karya gambar bisa digunakan untuk kepentingan menandai zaman, meski dengan bahasa yang berbeda.

 

"Akhirnya, torehan hitam putih ini semoga mampu mewakili perasaan saya dan juga khalayak sebagai pepiling, tentang penggambaran jangka zaman yang selalu owah gingsir, aamiin," harapnya. 


Kurator pameran tunggal Nabila kali ini adalah Agung Tatto, sementara penulisnya, Hari Prajitno. Dari 39 lukisan yang akan dipamerkan ada 32 lukisan berukuran A3 (29×42 cm),  4 lukisan berukuran 150x150 serta 3 lukisan drawing berukuran 110x150.