Peningkatan Produksi Reagen Dalam Negeri Potensi Tekan Harga PCR
Rabu, 17 November 2021 | 08:30 WIB
Jakarta, NU Online
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Abdul Kadir menyebut peningkatan produksi reagen dalam negeri dapat menekan harga tes Polymerase Chain Reaction (PCR) Covid-19. Kadir mengatakan pemerintah akan terus mendorong produksi reagen dalam negeri untuk mendapatkan harga tes PCR yang lebih terjangkau oleh masyarakat.
“Kami juga mendorong produksi reagen dalam negeri. Dengan demikian, harganya pasti murah,” ujarnya dalam diskusi virtual bertajuk Menakan Kualitas PCR dengan Kebijakan Pemerintah Dalam Penetapan Harga PCR Test, Selasa (16/11/2021).
Selan itu, pihaknya juga tengah mengajukan pembebasan pajak kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk kebutuhan bahan habis pakai pada tes PCR termasuk reagen yang masih impor.
Baca juga: Dirut Bio Farma Sebut Harga Tes PCR Berpotensi Turun
“Kementerian Kesehatan dalam hal ini sebagai wakil pemerintah sekarang sudah mengajukan surat ke Kemekeu supaya semua barang habis pakai termasuk juga reagen yang diimpor dari luar itu betul-betul diberikan kebebasan pajak,” kata Kadir.
Belakangan ini, masyarakat menyoroti perbedaan harga tes PCR di Indonesia dengan India. Menjelaskan hal tersebut, Kadir menyebut murahnya harga tes PCR di India lantaran komponen penunjang tes PCR yang digunakan merupakan produksi dalam negeri (India). Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang masih mengandalkan impor.
“Kenapa di India di bawah Rp100 ribu dan di Indonesia masih Rp275 ribu? Memang beda. Karena di India semua bahan habis pakai dan reagennya produksi dalam negeri. Kita masih impor dari luar, dari Korea, Cina, dan Jepang. Sehingga, harganya masih lebih mahal dibandingkan dengan di India,” paparnya.
Baca juga: Dirut Bio Farma Ungkap Harga Reagen Tes PCR Hanya Rp90 Ribu
Kendati penekanan harga tes PCR terus dicanangkan oleh pemerintah, Kadir menjamin mutu kualitas komponen tes yang beredar sudah tervalidasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes).
“Reagen yang digunakan yang sudah dilakukan validasi oleh Litbangkes, jadi bukan reagen sembarangan. Itulah yang ada di pasaran sekarang ini,” terangnya.
Kadir juga menerangkan upaya penurunan harga tes PCR ini terus diupayakan secara berkala, lantaran banyaknya komponen yang perlu dihitung untuk menentukan harga tes PCR. Bukan hanya berpaku pada reagen, tetapi juga beberapa hal lain seperti jasa pelayanan oleh tenaga kesehatan, bahan habis pakai, biaya administrasi, serta margin.
“Kita memberikan margin sekitar 15 persen kepada pengusaha. Jadi tetap ada marginnya di dalam Rp275 ribu itu,” tuturnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syamsul Arifin