Nasional

Perempuan sebagai Juru Damai Pascapilpres

Sabtu, 18 Mei 2019 | 18:35 WIB

Jakarta, NU Online

Bagi komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Riri Khariroh, momen bulan Ramadhan merupakan momen untuk melakukan refleksi dan melakukan pembenahan atas kesalahan yang dilakukan selama sebelas bulan sebelumnya.

“Karena Ramadan ini adalah bulan yang memang dikhususkan bagi kita semua untuk melakukan refleksi terhadap 11 bulan yang sudah kita lakukan,” kata Riri Khariroh. Maka sudah sepatutnya bulan ini dihiasi dengan perilaku dan ucapan yang melahirkan kedamaian dan menimbulkan ketenangan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Refleksi yang dimaksud Riri termasuk saat momentum Pemilu 2019 yang digelar beberapa waktu lalu. Menurutnya, pada saat perhelatan tersebut masyarakat terlibat dalam perbedaan pilihan yang kadang melahirkan perdebatan dan permusuhan, baik secara sengaja maupun tidak.

Kehadiran bulan suci Ramadhan saat ini bagi dia adalah momen yang tepat untuk mengakhiri konflik pascapemilu dengan, minimal, menahan diri dari mengeluarkan ujaran ujaran kebencian baik buat kelompok-kelompok yang berbeda baik pemahaman, pemikiran, pilihan dan sebagainya.

“Kesucian bulan Ramadan ini tidak boleh kemudian dikotori oleh adanya ujaran kebencian ataupun hasutan hasutan untuk membenci kelompok lain. Saya kira itu penting sekali bagi umat Islam untuk mempraktekkan akhlakul karimah di bulan Ramadan ini,” ujar Riri. 

Peran Besar Perempuan

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Sebagai pengurus di Komnas Perempuan ia menyayangkan keterlibatan sejumlah perempuan dalam menyebarkan berita hoaks selama perhelatan pemilu. Bagi dia, fakta itu menunjukkan bahwa perempuan sengaja dijadikan alat propaganda untuk kepentingan politik tertentu.

“Itu kaum perempuan memang digunakan. Mengapa? Karena memang secara sosial kaum perempuan ini lebih dekat kepada masyarakat, lebih dekat terhadap juga keluarga dan sebagainya. Karena kaum perempuan itu punya potensi untuk menyebarkan maupun mendekati banyak orang agar kemudian bisa memihak terhadap kelompoknya. Perempuan memiliki potensi untuk itu,” kata alumnus University Ohio ini.

Oleh karenanya ia berpesan kepada kelompok perempuan khususnya agar pada bulan Ramadhan ini lebih berhati-hati dalam memilah informasi, terlebih yang hendak disampaikan pada orang lain. “Saya kira ini harus menjadi pelajaran penting buat kaum perempuan itu sendiri, utamanya di bulan Ramadan ini agar tidak mudah percaya dan mau digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menumbuhkan kebencian terhadap kelompok-kelompok yang lain,” kata Riri.

Lebih dari itu, pengaruh besar perempuan seharusnya bisa dikembangkan untuk menjadi agen perdamaian terutama di tengah lingkungan keluarga. “Karena pada dasarnya perempuan ini lebih memiliki potensi untuk menjadi agen penggerak perdamaian itu sendiri,” tuturnya.  

Dalam level masyarakat, perempuan relatif memiliki kedekatan yang lebih intim baik ibu-ibu di komplek perumahan atau di kampung-kampung. Ikatan ini harus tetap terjaga dengan baik sebagai benteng dari perpecahan di masyarakat. Sehingga, meskipun elit politik terlibat perdebatan kepentingan politik, tetapi kelompok perempuan di level masyarakat tetap menjaga kerukunan. (Red: Ahmad Rozali)


Terkait