Pertemuan Menag dan Ketum PBNU Bahas 4 Hal, dari Kurikulum Cinta hingga Eko-Teologi
Selasa, 11 Maret 2025 | 15:30 WIB

Menteri Agama Nasaruddin Umar bertemu Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf beserta sejumlah pengurus Badan Otonom (Banom) dan Lembaga NU di Lantai 3, Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Salemba, Jakarta Pusat, pada Selasa (11/3/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mendatangi Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf beserta sejumlah pengurus Badan Otonom (Banom) dan Lembaga NU di Lantai 3, Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat, pada Selasa (11/3/2025).
Saat jumpa pers, Menag Nasaruddin mengatakan perjumpaannya itu merupakan tugas dari kementerian untuk mengakomodasi stakeholder di luar Kemenag. Ia menjelaskan terdapat empat program prioritas yang bakal dijalankan dan melibatkan PBNU.
"Kami meminta PBNU itu untuk mengisi 4 program prioritas kami di Kemenag, secara non konseptual, artinya sudah menjadi aktual ya yaitu, pertama, bagaimana kami menggagas kurikulum cinta. Bagaimana para guru agama itu mengajarkan cinta terhadap anak-anaknya, bukan mengajarkan perbedaan apalagi kebencian antara satu sama lain," katanya.
Program tersebut dianggapnya sangat berguna, apalagi negara yang plural seperti Indonesia ini riskan kalau diajarkan adalah perbedaan apalagi kebencian.
Kedua, lanjut Menang Nasaruddin yaitu menggagas bersama dengan PBNU tentang eko-teologi. Ia mengartikan bahwa nantinya teologi yang dibangun akan lebih lemah lembut serta akomodatif bagi lingkungan alam semesta yang ada dan perlu perawatan.
"Karena bagi kami, kita semua tentunya, makin ramah kita terhadap lingkungan, makin awet bumi ini. Tapi makin kita tidak ramah dengan lingkungan, makin cepat dunia ini berproses untuk kiamat. Maka itu kita mencoba untuk menciptakan suatu konsep etos kebangsaan yang ramah terhadap lingkungan," katanya.
Ketiga, Menag Nasaruddin juga menggagas nasionalisme yang nantinya mengedepankan maupun mempromosikan nasionalisme dengan menggunakan bahasa agama-agama resmi di Indonesia, seperti Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
"Kita bisa menjadi 100% orang Islam tetapi menjadi 100% juga orang Indonesia ya, demikian pula agama yang lain. Jadi jangan mempertentangkan agama dengan bangsa ya," katanya.
Keempat, Menag Nasaruddin akan menindaklanjuti tentang program tentang kerukunan, baginya moderasi beragama itu artinya bagaimana menciptakan suatu masyarakat yang koeksisten sehingga dapat hadir bersama-sama tanpa mengganggu satu sama lain.
"Tapi kita ingin lebih dari itu, selain hidup bersama tanpa gangguan satu sama lain juga harus ada ikatan yang kuat yang mengikat solidaritas kebangsaan keumatan kita ini yang dengan meminjam istilahnya tokoh PBNU kita ya ada ukhuwah wathoniyah kemudian ada ukhuwah basyariyah yang lebih awal," jelasnya.
Kemudian dalam poin tersebut, Ia juga menambahkan tentang ukhuwah tariqiyyah atau persamaan sejarah. Menurutnya, 250 tahun dijajah oleh belanda sehingga menciptakan satu kohesi sosial yang sangat kuat. Maka itu juga harus dijadikan semacam pengikat nasionalisme kita ke depan," ujarnya.
"Nah 4 poin ini yang kami diskusikan. Dan gudangnya pemikiran seperti ini adalah PBNU. kami sangat berbahagia ketemu dengan lengkap, ada pak ketua umum, pak sekjen, dan pak wakil ditambah dengan banom-banom. jadi PBNU itu memang betul betul lebih siap dalam membangun negara dalam mewujudkan cita cita bangsa," terangnya.
Diketahui, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf, Ketua Umum Kopri PB PMII Wulansari Aliyatul Solikhah, Ketua Umum GP Ansor Addin Jauharuddin, Wakil Ketua PBNU Amin Said Husni, dan beberapa petinggi lembaga banom PBNU lainnya.