Prof Nasaruddin Umar Jelaskan Tantangan Umat Beragama adalah Membumikan Kitab Suci
Kamis, 20 Mei 2021 | 01:15 WIB
Jakarta, NU Online
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Profesor KH Nasaruddin Umar mengatakan, tantangan umat beragama ke depan ialah membumikan kitab suci masing-masing. Al-Qur'an misalnya, membumi untuk melangitkan manusia.
Hal itu disampaikannya dalam acara Halal bi Halal Digital Lintas Iman yang diselenggarakan Institute of Social Economic Digital (ISED) dan Nasaruddin Umar Office (NUO), pada Selasa (18/5) sore.
"Percuma kita berbicara pembumian kitab suci, jika kita tidak mampu melangitkan manusia," kata Wakil Menteri Agama Republik Indonesia 2011-2014 itu.
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengatakan, manusia adalah makhluk langit yang diciptakan di atas surga, lalu jatuh ke bumi. Dan, kitab suci berfungsi sebagai undangan atau tiket untuk pulang kampung ke kampung halaman rohani.
Ia mengutip ayat Al-Qur'an yang sangat indah, yang membuatnya merenung, terkesan. Innamal mu'minuuna ihwat. "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara."
"Al-Qur'an itu pintar sekali mencari istilah, memang Allah Maha Pintar. Jika kita menghayati istilah ini, dahsyat," ujarnya.
Mukmin itu berasal dari akar kata aman, demikian Founder NUO itu melanjutkan, orang yang merasa aman itu disebut Mukmin. Jadi, Al-Qur'an mengatakan, sesungguhnya orang-orang yang mempunyai keimanan itu bersaudara.
"Kita yang hadir di sini, meskipun agama kita berbeda, tapi masing-masing kita mempunyai keimanan," tegasnya.
Yang dimaksud dengan ikhwa, ialah solidariti persaudaraan yang sangat dalam. Jadi, apa pun keimanan yang ada dalam diri dan dada kita, kita tetap bersaudara.
Mestinya persaudaraan itu mengalahkan ikatan pemodelan yang ada selainnya. Karena itu, hal ini perlu disosialisasikan. Mukmin bukan hanya orang Islam, akan tetapi siapapun yang memiliki kepercayaan, maka bisa disebut secara bahasa 'Mukmin'.
"Maka lakukanlah kebaikan antar satu sama yang lain, jangan melakukan kebalikannya," ajak KH Nasaruddin.
Lalu pada ayat yang lain, wa laqad karramnaa Banii Aadam. Dan sungguh, kami telah memuliakan anak cucu Adam.
Di dalam ayat ini pula Allah mengatakan, siapa pun yang merasa anak cucu Adam. Apapun agamanya, etnik, jenis kelamin, dan lainnya, wajib hukumnya untuk kita muliakan. Sebab itu perintah perintah Allah yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Melalui halal bi halal digital itu, KH Nasaruddin mengajak untuk menggalang masyarakat Indonesia tanpa membedakan agama, etnik, ras, dan lainnya. Ia juga mengimbau agar masyarakat pulang ke kampung halaman, menuju fitrah yang paling suci.
"Mari kita himpun dalam satu format budaya yang disebut dengan halal bihalal. Satu kali dalam setahun kita melakukan reunian seperti ini, kekuatannya dahsyat," pungkasnya.
Kontributor: Disisi Saidi Fatah
Editor: Kendi Setiawan