Nasional

Rahasia Sukses Santri Sukorejo Lutfia Fataty, Bangun Bisnis Perhiasan hingga Tembus Mancanegara

Ahad, 22 Oktober 2023 | 12:45 WIB

Rahasia Sukses Santri Sukorejo Lutfia Fataty, Bangun Bisnis Perhiasan hingga Tembus Mancanegara

Lutfia Fataty, santri Sukorejo yang sukses membangun bisnis perhiasan. Pasarnya pun hingga ke mancanegara. (Foto: Dok. pribadi)

Jakarta, NU Online

Sukses memang tidak bisa diraih dalam sekejap mata. Seperti Lutfia Fataty, santri yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo membeberkan perjalanannya membangun bisnis perhiasan hingga menembus mancanegara. 


Perempuan yang akrab disapa Pyo, sebelumnya menjadi pegawai bank tapi memilih resign dan memberanikan memulai bisnis perhiasan. Saat bekerja di perbankan ia merasa itu bukan dunianya, justru saat melakoni bisnis ini secara tidak langsung mengasah hobinya tentang sejarah dan semiotika, bidang yang ia pilih ketika kuliah di Universitas Negeri Jember Fakultas Ilmu Budaya.


"Awalnya saya hanya menjadi reseller. Seiring berjalannya waktu, banyak rintangan yang saya hadapi. Muncul kompetitor menjual barang yang sama sehingga mengakibatkan adanya perang harga, ini membuat saya harus memutar otak untuk mempertahankan bisnis ini. Lalu saya belajar sendiri dari Youtube," ujar Pyo kepada NU Online, Ahad (22/10/2023).


Bisnis yang menyediakan berbagai perhiasan logam ini diberi nama Pyo Jewelry. Pyo Jewelry adalah usaha rumahan yang bergerak di bidang aksesoris perhiasan yang mempunyai dua tema yakni etnik kontemporer dan heritage


Perhiasan kontemporer Pyo mengusung salah satu desain heritage tetapi bentuknya dibuat berbeda agar lebih diterima secara global. Terdiri dari perhiasan seperti kalung, gelang, anting dan lainnya yang terbuat dari bahan baku batu-batu alam khas Sumatera Selatan berupa koral laut dan sebagainya.

 

Produk batu-batuan ini kemudian dibingkai dengan desain masa kini yang lebih mengikuti zaman dan eksklusif. Koleksi-koleksi perhiasan dan aksesoris ini juga ada yang terbuat dari bahan baku mutiara asli.


"Jadi beberapa sudut dan media yang ada di kain songket dan museum yang diaplikasikan ke perhiasan ditambah bebatuan dari hasil alam Sumatera Selatan dan mutiara dari pengrajin di NTB," terang Pengurus Lesbumi NU Palembang ini.


Kemudian perhiasan dengan tema heritage replika perhiasan kuno warisan budaya Indonesia   yang datanya diperoleh dari riset. Bentuknya beragam, mulai pending, kalung anak ayam, dan kalung tapak jajo. Koleksi aksesoris ini dapat dikenakan oleh berbagai kalangan dengan tetap menceritakan filosofi dari masing-masing produk sehingga tetap ada unsur pembelajaran sejarahnya.


"Ini sebetulnya perhiasan yang biasa dipakai di adat Sumatera Selatan. Saya jadikan sederhana agar bisa dipakai sehari-hari tetap lebih ringan dan membawa nilai-nilai budaya Sumatera Selatan," jelasnya.


Pyo menuturkan, semua produk yang dihasilkan memiliki histori sejarah dari daerah Palembang dengan kekayaan sejarah mulai dari kerajaan Sriwijaya hingga Palembang Darussalam. 


"Saya membuat bisnis lebih menjurus ke etnik jewelry. Jadi satu lingkaran dari bentuk perhiasan  punya nilai sejarah di situlah fungsi dari semiotika. Kebetulan skripsi saya dulu fokus di semiotika (bahasa dari simbol) dari situ jadilah produk-produk yang saya jual-beli kan hari ini," bebernya.


Segmen pasar

Pada tahun 2015, Pyo dan suaminya Ahmad Sofikh memasarkan produknya di Car Free Day Palembang tiap akhir pekan. Dirasa tidak cukup dengan sistem perdagangan yang hanya menghasilkan uang bukan mengembangkan bisnis. Pyo inisiatif mengikuti pembinaan dari Bank Indonesia untuk UMKM dan  memberanikan diri untuk membuka toko di mall saat ini sudah memiliki empat showroom. 


"Tahun 2015 hingga 2018, saya menjual produk ini dengan sistem perdagangan, dari situ saya menjadi wirausaha dengan mengikuti pembinaan Bank Indonesia selama 5 bulan. Saya belajar bagaimana membangun bisnis. Pedagang dan pebisnis beda, bukan semi kapitalis. Jadi kita menjual nilai dan membawa brand," ungkapnya.


Selain menjual secara offline, Pyo Jewelry juga memasarkan online melalui Instagram dan sudah terdistribusi ke kota besar di Indonesia dan ekspor ke Vietnam, Amerika, Malaysia dan Singapura.


Mindset pembisnis

Banyak yang beranggapan bahwa memulai bisnis membutuhkan modal yang cukup. Anggapan tersebut ditepis perempuan asal Jember, Jawa Timur ini. Menurutnya, untuk memulai bisnis yang paling utama adalah menentukan target pasar.


"Saya enggak pinjam modal di bank, enggak punya modal dari siapa pun. Saya membangun bisnis ini dengan cara membangun brand dulu. Jadi saya menentukan target pasar saya, usia berapa, dia penghasilan berapa, nongkrongnya di mana, tempatnya di mana dan packaging yang mereka mau seperti apa. Dari situ kita merunut datanya jelas," terangnya.


Pyo kemudian menceritakan awal memasarkan produknya melalui media sosial sebelum mendirikan toko di beberapa tempat.


"Awal saya membuka PO dengan DP. Lalu kita kerjakan tapi semuanya itu sesuai dengan kemampuan. Ada untung kita belikan modal lagi. Paling penting bagaimana pembukuan tertata dengan baik antara modal dan untung, bukan semua penghasilan milik kita, semua itu milik bisnis," jelasnya.


Pyo menyebut produk ini diperuntukkan untuk kalangan menengah ke atas utamanya perempuan di usia 30 sampai 60 tahun yang berada di kota-kota besar dan menyukai perhiasan etnik dan kain-kain wastra (tradisional).

 

Hingga saat ini ia memiliki 20 pekerja yang sudah memiliki pengalaman dalam membuat perhiasan. Pyo juga menerapkan konsep zero waste, memanfaatkan limbah tembaga dan kuningan. Jadi tidak ada limbah yang dibuang semua bahan dimanfaatkan.