Redaktur Eksekutif NU Online Paparkan 3 Tantangan Media Sosial Saat Ini
Jumat, 20 Desember 2024 | 09:00 WIB
Redaktur Eksekutif NU Online Mahbib Khoiron saat menjadi narasumber dalam Sosialisasi Program Moderasi Beragama Direktorat PAI Kemenag di Ibis Styles Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (19/12/2024). (Foto: NU Online/Jannah)
Jakarta, NU Online
Redaktur Eksekutif NU Online Mahbib Khoiron menyampaikan terdapat tiga tantangan media sosial yang dihadapi saat ini.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam Sosialisasi Program Moderasi Beragama Direktorat PAI (Kalangan Media Komunitas/Kelompok) II yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) di Ibis Styles Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (19/12/2024).
1. Penyebaran hoaks narasi agama
Mahbib menjelaskan bahwa hoaks yang berisi narasi agama masih masuk dalam sepuluh besar informasi hoaks di Indonesia.
“Hoaks pada bidang agama ini, butuh sumber otoritatif untuk menjelaskan tafsir agama secara mendalam,” ujar Mahbib.
2. Dominasi konten sensasional
Mahbib menyampaikan bahwa isi konten yang mengandung unsur negatif mendapatkan interaksi sebanyak 30 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan konten berisi edukasi atau pendidikan.
“Mengapa konten negatif 30 persen lebih banyak dibanding konten edukasi dan pendidikan? Karena naluri alamiah manusia itu lebih tertarik, lebih terpanggil untuk konten yang berisi sensasional,” ucapnya.
3. Kurangnya literasi digital
Menurut Mahbib, terdapat 48 persen masyarakat Indonesia belum mampu menyaring dan memilah informasi yang beredar di media sosial.
Alumni Pondok Pesantren At-Tanwir, Bojonegoro, Jawa Timur itu menekankan perlunya pengarusutamaan di dunia maya dan optimalisasi media sosial.
“Kita perlu melihat masyarakat lebih menangkap informasi melalui apa? Bisa melalui video pendek, infografis, kisah inspiratif, atau yang dimuat di website,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan bahwa perlunya penguatan literasi digital kepada pembuat konten media sosial.
“Kita perlu mengkampanyekan ‘saring sebelum sharing’ karena masyarakat ini belum mampu menyaring informasi yang bersifat negatif,” ujar Mahbib.
“Sebagai pembuat konten, perlu juga memahami edukasi literasi digital yang lebih kreatif dan ramah di media sosial,” tambahnya.
Ia mengatakan bahwa untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai pembaca, perlu memanfaatkan pemengaruh median sosial dalam konten yang disajikan.
“Kita pembuat konten juga terkadang perlu menggandeng tokoh-tokoh agama, pendidik atau pakar, bahkan kreator-kreator muda untuk meningkatkan pembaca melihat konten yang telah kita buat,” ujar Mahbib.